BA.4 dan BA.5 ditemukan di RI, Pelonggaran Masker Ditinjau Ulang
- Times of India
VIVA – Subvarian baru COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 dikonfirmasi sebanyak 4 kasus di Bali, Indonesia. Dengan ditemukannya subvarian baru tersebut, maka pelonggaran masker yang sebelumnya diberikan pemerintah, akan ditinjau ulang.Â
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, mengatakan bahwa masker menjadi salah satu bentuk protokol kesehatan dalam upaya mencegah penularan subvarian baru tersebut. Untuk itu, pelonggaran masker yang diberikan kepada masyarakat, akan dievaluasi ulang.
"Pelonggaran pakai masker di ruangan terbuka, akan dievaluasi. Apabila ada peningkatan kasus yang ada kaitan dengan kenaikan varian baru, maka kita akan lebih perketat prokes," jelasnya dalam konferensi pers Kemenkes, Jumat sore, 10 Juni 2022.
Dengan prokes, Syahril menegaskan bahwa akan menjadi upaya utama bagi masyarakat mencegah COVID-19, di samping vaksinasi. Tentunya, masyarakat Indonesia ingin terhindar dari lonjakan kasus yang dua tahun lalu sempat menjadi permasalahan besar dan memicu fasilitas kesehatan kolaps.
"Kita tidak ingin adanya lonjakan kasus seperti delta dan omicron sebelumnya. Kita kembalikan juga ke pribadi masing-masing. Di ruangan tertutup dengan banyaknya kerumunan atau kedekatan orang, maka masker jadi kewajiban untuk kita semua. Termasuk orang sedang sakit, lansia, komorbid, diharapkan masker dianjurkan karena kita masih pandemi walau sudah terkendali," tuturnya.
Ada pun Syahril menjabarkan bahwa vaksinasi 1 dan 2 untuk usia atas 12 tahun sudah mencakup 96 persen (vaksin 1) dan 82 persen (vaksin 2). Namun, bila dihitung secara keseluruhan sejak usia 6 tahun hingga lansia, maka cakupan vaksinasi lengkap baru 62 persen.
"Masih di bawah standard WHO sampai 70 persen," kata dia.
Begitu pun dengan booster, diharapkan berbagai strategi pemerintah mampu menggerakan masyarakat agar mau divaksin. Dengan begitu, penularan dari subvarian baru bisa lebih rendah.
"Vaksin 1 dan 2 masih jadi syarat sebagian kebutuhan-kebutuhan bepergian. Naik pesawat, ikut pertemuan. Belum diwajibkan bagi seluruh penduduk, maka dengan harapan kita bisa lakukan ini dengan kesadaran," ujar dia.
Â