Waspada Moms, Paparan BPA Picu Gangguan Kesehatan Mental Anak

Ilustrasi anak marah
Sumber :
  • Pixabay/ Mandyme27

VIVA – Pelbagai penelitian menunjukkan bahwa paparan Bisphenol - A (BPA) menimbulkan perubahan perkembangan otak secara dimorfik. Salah satunya kajian sains berjudul “Dampak Paparan Bishpenol-A pada Brain Development dan Gangguan Perkembangan Mental” yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Farmasi Unair Surabaya, Prof. Junaedi Khotib. 

Siapa Sangka? Ngemil Bisa Jadi Obat Depresi, Ini Rahasianya!

Prof. Junaedi Khotib mengatakan, kajian tersebut menyatakan bahwa perkembangan dan fisiologi hipotalamus neuroendokrin dan pengendalian keseimbangan energi mengalami gangguan, dan proses learning memori pada hipokampus mengalami penurunan. 

Menurut Prof. Junaedi Khotib, adanya BPA akan menimbulkan kerusakan yang kompleks dengan melibatkan jalur hormonal dan epigenetik. 

2 Hari Cukup! Diet Cepat Mengecilkan Perut Coba Tips Ini Sekarang!

Meski sampai saat ini, kuantitasi gangguan pada model tikus secara invivo belum dapat ditranslasikan ke dalam model dosis-response yang sangat jelas pada manusia. Tetapi ini harus menjadi pemikiran dan peringatan akan adanya gangguan kesehatan yang akan terjadi ketika terdapat pemaparan BPA dan berdampak serius pada kesehatan manusia baik secara fisik maupun mental. 

"Potensi dampak merugikan BPA pada diferensiasi dan fungsi otak sangat besar dan kompleks, karena perubahan yang dihasilkan kemudian dapat menyebabkan perubahan organik maupun perilaku organisme," kata Prof. Junaedi Khotib dihubungi di Jakarta, Jumat 27 Mei 2022.

Usia Muda, Tapi Sering Lupa? Ini 8 Kebiasaan yang Harus Dihindari

Menurut Prof. Junaedi Khotib, fokus penelitian tersebut untuk mengevaluasi dampak BPA terhadap gangguan pembentukan dan maturasi sel saraf pada otak berdasarkan data invitro, invivo dan epidemiologi.

Ilustrasi botol plastik

Photo :
  • Pixabay/techmania

“Upaya ini berhubungan erat dalam mencegah timbulnya berbagai gangguan saraf, mental, perilaku dan kualitas generasi Indonesia pada masa depan,” kata Prof. Junaidi Khotib. 

Hasil Penelitian Paparan BPA

Prof. Junaidi Khotib membeberkan beberapa poin kesimpulan penting terkait penelitiannya. Pertama, paparan BPA pada kultur sel saraf dan penyangga menghasilkan perubahan dalam aktivitas, proliferasi, deferensiasi serta fisiologi sel saraf dan penyangga dalam mengekspresikan protein spesifik. 

Kedua, paparan BPA secara invivo pada hewan coba pada fase prenatal dan neonatal menimbulkan perubahan diferensiasi, maturasi dan perkembangan sistem persarafan dalam otak, yang berdampak pada perubahan perilaku dan learning memory hewan coba. 

"Ketiga, paparan BPA berhubungan erat dengan kandungan BPA dalam urine dan marker kerusakan DNA. Hal tersebut berpeluang menimbulkan gangguan tumbuh kembang terutama pada ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), ASD (Autism Spectrum Disorder) dan gangguan kesehatan mental pada anak-anak,” terang Prof. Junaidi Khotib. 

Upaya Pencegahan Dampak BPA

Berdasarkan kajian tersebut, Prof. Junaidi Khotib merekomendasikan 4 langkah untuk mencegah paparan dan dampak merugikan pada manusia. Pertama, edukasi dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat terkait dengan kemampuan secara bijak dalam memilih produk makanan atau minuman yang menggunakan kemasan primer yang bebas BPA. 

Kedua, pendampingan pada produsen dalam meningkatkan costumer awareness melalui upaya menjaga keamanan produk dari paparan senyawa berbahaya bagi Kesehatan seperti  BPA. Pengendalian dan monitoring penggunaan kemasan dapat dilakukan dengan baik. 

Ketiga, komitmen dan tanggung jawab produsen dalam menjamin keamanan produk melalui studi pharmacovigilance yang intensif terkait dengan migrasi/pelepasan BPA dari kemasan dan dampak bagi kesehatan. 

“Keempat, upaya Lembaga Autorisasi dalam perijinan produk makanan dan minuman dengan tidak melakukan pembiaran peluang pemaparan bahan berbahaya BPA melalui pemberian label pada kemasan primer pada makanan dan minuman,” tukasnya. 

Sumber Paparan BPA

Diketahui, Bisfenol-A (BPA) merupakan bahan kimia yang digunakan dalam kemasan plastik polikarbonat. Dengan BPA ini plastik diharapkan tak mudah hancur, sehingga bisa digunakan dengan baik sebagai wadah. Galon air mineral adalah salah satu yang menggunakan bahan kimia ini. Selain kemasan air berbahan plastik, BPA sebetulnya juga dijumpai pada kemasan berbagai makanan kalengan, perlengkapan rumah seperti pipa air, yang berupa lapisan plastik tipis. 

BPA dapat mengalami migrasi dan mengkontaminasi produk dalam kemasannya. Jika seseorang terpapar BPA yang merupakan senyawa endocrine disruptor (gangguan sistem endokrin) ini dalam jangka panjang atau terus menerus, inilah yang harus diwaspadai karena bisa berisiko pada kesehatannya. Pada beberapa penelitian telah menunjukkan intensitas dan durasi paparan sangat berkorelasi dengan kadar BPA dalam tubuh. 

Pentingnya melindungi kesehatan manusia dari bahaya BPA yang menggerakkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) mengkaji kembali pengaturan pelabelan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Badan POM melakukan kajian scientific based (policy brief), yaitu meliputi kajian keamanan BPA, kajian dampak ekonomi kesehatan, kajian dampak lingkungan hidup, dan kajian dampak sosial. 

Bahaya atas penggunaan produk yang terkontaminasi BPA terlebih pada bayi atau anak-anak, juga ditunjukkan oleh Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa atau The European Food Safety Authority (EFSA) yang melakukan evaluasi ulang risiko BPA pada 2021 lalu.

Ilustrasi wanita/marah/stres.

4 Trik Manajemen Stres yang Tepat, Tahun Baru Dijamin Lebih Rileks dan Damai

Menurut Asia Care Survey 2024, 56 persen responden mengidentifikasi stres dan burnout sebagai masalah kesehatan mental utama yang mereka khawatirkan.

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024