Cegah Kanker Serviks, Dokter: Hubungan Seks Bersih Tak Neko-neko
- Freepik/jcomp
VIVA – Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak mengintai kaum hawa dan berdampak fatal. Padahal, dokter mengingatkan, kanker serviks memiliki pencegahan utama yang sebenarnya mudah dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. dr. Andrijono, SP.OG(K)-Onk., mengatakan, infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks bisa terjadi jika adanya hubungan seksual. Sangat kecil risikonya jika kanker serviks terjadi tanpa adanya hubungan seksual.
"Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks," ujarnya dalam acara virtual bersama Roche Indonesia, Kamis 19 Mei 2022.
Ada tahapan-tahapan teknis dalam mendeteksi virus HPV melalui tes HPV DNA, seperti skrining pra kanker untuk mengidentifikasi risiko sebelum munculnya gejala, kolposkopi untuk menindaklanjuti tes skrining kanker serviks yang abnormal, dan konfirmasi adanya kanker melalui pengambilan sel dari leher rahim untuk pemeriksaan laboratorium.
"Oleh karena itu, deteksi dini dikerjakan pada perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual. Kalau sudah hubungan seks dan akan divaksin sebaiknya serviks dilihat dulu, tes HPV, pap smear, dicek bahwa serviksnya normal. Takutnya tidak dilihat serviksnya maka ada kanker serviks tersembunyi. Kalau masih lesi pra kanker diterapi dulu, baru vaksin," tuturnya.
Bicara soal vaksin HPV, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mencanangkan akan memasukannya sebagai imunisasi wajib. Vaksin HPV bisa diberikan pada usia 9 hingga 45 tahun dengan dosis berbeda. Pada uisa 9-13 tahun dianjurkan 2 dosis dan usia 14-45 tahun diberikan sebanyak 3 dosis.
"Tidak ada penurunan antibodi pada mereka yang sudah melakukan hubungan seksual dan mendapat vaksin. Kenapa bisa makan sekali (beli) bisa ratusan ribu, tapi deteksi dini sulit sekali. Pencegahan dulu baru pikirkan yang lain," kata Menkes Budi.
Ada pun HPV terdiri dari berbagai jenis namun yang paling ganas ada dua yakni tipe 16 dan 18. Virus ini, diakui Prof Andrijono tak memiliki obat sehingga patut dicegah dan dipantau apabila sudah terdeteksi adanya infeksi.
"Kalau sudah ada infeksi, 1-2 tahun bisa hilang jika dimonitor. Jika imun kurang baik, infeksi menetap dan memicu kanker. Gak ada makanan yang bisa cegah. Kanker CA cegah dengan vaksin dan deteksi dini. Pola hubungan seks yang bersih dan sehat. Jangan neko-neko lah. (Seks) tidak ada kontaminasi," kata Prof Andrijono.