Jangan Abai, Dampak Debu dan Sampah Picu Asma Hingga Masalah Paru

Ilustrasi paru-paru/rontgen/x-ray.
Sumber :
  • Freepik/pressfoto

VIVA – Debu dan asap di udara dari bahan limbah mungkin mengandung berbagai polutan logam, kayu, plastik, dan bahan kimia. Mikroorganisme dapat tumbuh dengan cepat pada sampah organik seperti vegetasi dan sisa makanan, dan menjadi terbawa udara (disebut bio-aerosol) ketika sampah dikumpulkan dan ditangani, dan terutama ketika dikomposkan.

Hebat! Mahasiswa Ciptakan Kapal Pembersih Sampah, Bisa Angkut 1.500 Ton Sehari

Sayangnya, banyak yang tak memahami dampak masalah sampah terhadap kesehatan paru-paru. Padahal, debu dan asap dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Dikutip dari berbagai sumber, orang dengan asma memiliki saluran udara yang bengkak (meradang) dan "sensitif" yang menjadi sempit dan tersumbat oleh lendir lengket sebagai respons terhadap pemicu tertentu. Genetika, polusi, dan standar kebersihan telah diduga sebagai penyebabnya hingga mencetuskan gejala asma.

Keterkaitan Iklim, Alam, Plastik, dan Pekerjaan, Bagaimana Semua Ini Berjalan Bersama

Ilustrasi kanker paru

Photo :
  • Times of India

Sementara, PPOK terjadi ketika paru-paru menjadi meradang, rusak dan menyempit. Penyebab utamanya adalah merokok, meskipun kondisi tersebut terkadang dapat menyerang orang yang tidak pernah merokok.

Stres di Tempat Kerja Picu Merokok? Kenali Gejalanya dan Alternatif Mengatasinya

Kemungkinan mengembangkan PPOK meningkat semakin banyak Anda merokok dan semakin lama Anda merokok. Namun, beberapa kasus PPOK disebabkan oleh paparan asap atau debu berbahaya dalam jangka panjang termasuk sampah. Lainnya adalah hasil dari masalah genetik langka yang berarti paru-paru lebih rentan terhadap kerusakan.

Pencegahan utama mengurangi sampah

Pendiri dan direktur pelaksana Waste4Change Indonesia Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan studi terakhir yang dilakukan perusahaan menunjukkan bahwa pada 2019, Indonesia menghasilkan sekitar 175.000 ton sampah setiap harinya atau sekitar 14 persen atau 24.500 ton plastik per hari. Sekitar 81 persen sampah di Indonesia juga tidak dipilah. 

Selain itu, kemasan isi ulang dan berbagai jenis plastik lunak akan dibuang dan menjadi sampah karena tidak dapat didaur ulang, tidak seperti botol dan sampah plastik keras yang lebih mudah didaur ulang. Maka dalam upaya mencapai tujuan besar perusahaan, yaitu nol dampak untuk lingkungan (zero environmental impact), Novo Nordisk Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan.

Termasuk mengalihkan metode pengiriman produk, dari angkutan udara menjadi angkutan laut dan meluncurkan kampanye internal: “Plastic Funtastic: Turning Your Plastic Waste into Something Fantastic,” yang mendorong karyawan mengurangi penggunaan plastik. Misalnya, Novo Nordisk menyadari bahwa pengiriman produk menghasilkan limbah CO2 yang cukup banyak sehingga Novo Nordisk memutuskan untuk beralih ke metode pengiriman melalui laut . 

"Pengiriman udara merupakan pendorong utama pencemaran lingkungan karena menghasilkan 75 persen dari total emisi CO2 dalam distribusi produk. Dengan beralih ke metode pengiriman dengan angkutan laut, Novo Nordisk Indonesia berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon perusahaan dan dengan demikian selangkah lebih maju dalam mencapai zero environmental impact," ujar Novo Nordisk Indonesia Finance & Operations Director Rasmus Hansen.

Ilustrasi Sampah Plastik

Photo :
  • ist

Selain itu, perusahaan juga mengadakan kampanye “Plastic Funtastic” yang menjadi bagian dari kegiatan TakeAction Novo Nordisk dan merupakan program sukarela yang melibatkan karyawan global Novo Nordisk untuk mendorong perubahan di bidang kesehatan, sosial, dan lingkungan. Untuk itu, Novo Nordisk telah bergabung dengan the UN Sustainable Development Goals, Carbon Disclosure Project (atau CDP, organisasi nonprofit.

"Ini akan yang membantu investor, pelaku usaha, kota, pemerintah, dan wilayah memantau dan mengelola dampak lingkungan), RE100 (sebuah organisasi global yang menyatukan bisnis di dunia dan berkomitmen untuk menerapkan 100 persen tenaga listrik terbarukan), dan CE100 (platform global yang menyatukan perusahaan terkemuka, inovator, dan wilayah untuk mempercepat transisi ke ekonomi sirkular)," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya