Alarm Hipertensi! Ini Angka Tekanan Darah yang Harus Diwaspadai
- Pixabay/rawpixel
VIVA – Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 yaitu sekitar 34 persen. Angka tersebut tidak berubah dari yang didapat pada survei tahun 2007.
Penyebab tingginya kasus baru hipertensi yaitu karena faktor risiko hipertensi yang juga tinggi, seperti diabetes, kegemukan atau obesitas, konsumsi garam yang tinggi dan merokok.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Erwinanto, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, mengatakan, tekanan darah harus dikendalikan baik bagi pasien hipertensi, maupun individu yang tidak menderita hipertensi. Mengapa?
"Bukti penelitian yang ada secara konsisten memperlihatkan bahwa penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, stroke dan gagal ginjal, yang selain berhubungan dengan tingkat kematian tinggi, juga menghabiskan biaya terbesar dari penyakit katastropik di Indonesia," ujarnya saat Press Conference yang digelar virtual, Selasa 17 Mei 2022.
Sedangkan bagi individu yang bukan penyandang hipertensi, dokter Erwinanto mengatakan, tekanan darah juga perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya hipertensi.
"Setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mm Hg, dimulai dari tekanan darah 115/75 mm Hg, berhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke sebesar 2 kali," kata dia.
Menurut Erwinanto, peningkatan tekanan darah juga meningkatkan kejadian penyakit ginjal secara bermakna. Di tingkat masyarakat, pencegahan hipertensi diharapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit tersebut.
"Survei May Measurement Month yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia pada tahun 2017 yang mengikut sertakan partisipan di daerah perkotaan berusia muda (umur rata-rata 43 tahun) menunjukkan hanya 52,5 persen penyandang hipertensi yang minum obat penurun tekanan darah," ungkapnya.
Erwinanto pun mengimbau masyarakat untuk mengukur tekanan darah secara akurat, untuk mengetahui apakah mereka menderita hipertensi atau tidak.
"Jika menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha menurunkannya dengan cara terapi perubahan gaya hidup dengan atau tanpa terapi obat. Jika tidak menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha pencegahan agar tekanan darah tidak naik melalui terapi perubahan gaya hidup," paparnya.
"Pengendalian tekanan darah yang dilakukan akan berdampak hidup lebih lama, karena peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), stroke dan ginjal," imbuh dr. Erwinanto.