Catat, Cara Ini Ampuh Cegah Hipertensi Sejak Usia Muda

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi biang kerok dari banyaknya penyakit tidak menular yang berujung pada dampak fatal. Tak hanya itu, hipertensi sendiri sudah mulai mengintai usia muda lantaran perubahan gaya hidup yang kurang baik.

Waspada Hipertensi Saat Kehamilan! Ini Tips untuk Mencegahnya

Dokter spesialis jantung, dr. Erwinanto SpJP, data yang dihimpun oleh perhimpunan dokter bersama Kementerian Kesehatan RI, dilakukan di perkotaan menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan. Di mana mereka yang berusia muda rata-rata mengidap hipertensi.

"Dilakukan di perkotaan sampai 70 ribu (relawan) usia rata-rata 40tahun, itu muda, di urban dan hasilnya menyatakan bahwa angka hipertensi antara mereka adalah 34 persen. Hampir sama untuk angka hipertensi nasional," bebernya dalam acara Kementerian Kesehatan RI, beberapa waktu lalu.

Jadi Biang Kerok Banyak Penyakit, Begini Trik Kurangi Penggunaan Garam pada Masakan

Menurut dokter Erwin, angka hipertensi secara nasional pun sekitar 30 persen sehingga secara garis besar tak jauh berbeda dengan persentase hipertensi di usia muda. Salah satu pemicunya adalah perubahan gaya hidup.

"Benar bahwa hipertensi mulai terjadi di usia muda. Penyebabnya adalah pola hidup yang berubah," jelasnya.

Rasakan Manfaat Melon yang Luar Biasa, Hempas Hipertensi dan Perut Buncit

Untuk itu, butuh perubahan gaya hidup agar mencegah hipertensi sejak dini seperti mengurangi garam dan lemak di pola makan hingga mulai aktif kembali bergerak. Selain itu, perlu adanya deteksi dini dengan memeriksa tekanan darah secara rutin, termasuk di rumah.

Hipertensi / Sakit kepala

Photo :
  • Times of India

"Pemeriksaan (tensi) dianjurkan untuk semua orang tapi beda frekuensi. Jika kurang dari 130 per 80, bisa lakukan deteksi di rumah dengan paling cepat setahun sekali," imbuhnya.

Menurutnya, akan lebih baik jika setiap rumah memiliki alat pengukur tekanan darah sehingga bisa memeriksa dengan lebih mudah. Jika belum punya, bisa datang ke klinik terdekat untuk memeriksakannya.

Apabila angkanya merujuk pada 140 per 90 atau lebih, dianjurkan memiliki alat pengukur tensi dan lebih sering memeriksa di rumah.

"Kalau tensi 140 per 90 atau lebih ketika sekali pemeriksaan, maka pemeriksaan jadi lebih sering yaitu setiap 2-4 minggu sekali. Kalau tensi dapat diturunkan jadi kurang dari 140, maka ukur sebulan sekali. Sebetulnumya semua menggunakan (alat pengukur tensi) hanya beda frekuensi," pungkasnya.

Ada pun hipertensi terdapat dua jenis yang berbeda. Seperti hipertensi white coat atau jas putih. Artinya, terdapat rasa tidak nyaman ketika memeriksakan di klinik karena melihat tenaga medis yang berpakaian putih.

"30 persennya mengalami ini. Jadi, tensi naik saat di klinik. Maka dianjurkan setiap rumah punya alat tensi sendiri untuk ukur di rumah agar terhindar dari jenis hipertensi ini," paparnya.

Serta ada jenis hipertensi terselubung yang biasanya dilakukan di rumah lebih sering sebanyak 2 kali sehari setiap 3-4 hari sepekan. Seringkali, saat di rumah justru tidak mendeteksi tekanan darah tinggi sehingga merasa lebih tenang.

"Padahal 15 persennya tidak terdeteksi di rumah justru kalau di klinik jadi terdeteksi," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya