Mitos & Fakta LGBT, Sifat Tak Normal Muncul Saat Usia Dewasa?

Ilustrasi LGBT
Sumber :
  • Pixabay/ Wokandapix

VIVA – Lesbian Gay Bisexual Transgender (LGBT) atau kaum Homo saat ini memang kerap menjadi perbincangan panas publik, hal ini diawali saat Deddy Corbuzier mengundang salah satu dari pasangan penyuka sesama jenis ke acara podcastnya beberapa waktu silam.

Masih Ada Rasa Cinta, Ustazah di Lombok Aniaya Mahasiswi Gegara Cemburu

Berikut VIVA telah merangkum mitos dan fakta terkait LGBT yang dilansir dari youthprideri.org

Mitos

Salfok Lihat Lucinta Luna Pakai Gaun Hitam, IShowSpeed: Baddie!

1. LGBT dapat dikenali dari perilaku atau karakteristik fisik tertentu.

Orang-orang lesbian, gay atau biseksual datang dalam berbagai bentuk, warna dan ukuran seperti halnya orang-orang normal (heteroseksual) membuat mereka susah kita ketahui.

Heboh! Bakal Ada Pemilihan Ratu Transgender di Gorontalo, Polisi Ungkap Faktanya

2. Sifat tidak normal ini muncul saat usia dewasa.

Banyak lesbian, gay, dan biseksual mengaku bahwa mereka tertarik pada sesama jenis pada usia dini, berkisar umur 6 atau 7 tahun.

3. Lesbian, gay, dan biseksual memamerkan kemesraan di depan umum

Ini adalah kegiatan yang dilakukan pasangan normal (heteroseksual) sepanjang waktu. Karena reaksi homofobia, beberapa orang lesbian, gay dan biseksual sebenarnya dipaksa untuk menyembunyikan seksualitas mereka di depan umum, bukan memamerkannya.

4. Orang yang lesbian, gay dan biseksual ‘ANSOS’

Orang-orang yang diidentifikasi LGBT sebenarnya juga bergabung dalam lingkup sosial di masyarakat, mereka bahkan juga bergabung pada kelompok etnis dan ras, bahkan mereka juga bergabung dengan komunitas agama.

Fakta

1. Kerap Kali dilecehkan dan di kucilkan

Dalam survei terhadap lesbian, gay dan biseksual, 52-87 persen mengaku telah dilecehkan secara verbal, 21-27 persen mengaku pernah dilempari benda, 13-38 persen telah dikejar atau diikuti dan 9-24 persen menjawab telah diserang secara fisik.

2. Merasa nyaman dengan diri mereka sendiri.

Mereka tidak menganggap diri mereka sebagai anggota lawan jenis. Menjadi lesbian, gay atau biseksual tidak sama dengan menjadi transgender. mereka senang dengan tubuh yang mereka miliki

3. Penyakit LGBT tidak dapat disembuhkan dengan psikoterapi.

Meskipun homoseksualitas pernah dianggap sebagai penyakit mental, American Psychiatric dan Psychological Associations tidak lagi menganggapnya sebagai penyakit mental. Upaya psikiater dan psikologis untuk menyembuhkan lesbian dan pria gay telah gagal mengubah orientasi seksual pasien.

4. Memiliki karakteristik berbeda

LGBT tidak memiliki karakteristik yang sama, mereka berbeda satu sama lain seperti orang heteroseksual berbeda satu sama lain. Misalnya dalam hal menentukan pasangan, menentukan hobi dan gaya bicara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya