Dampak COVID-19, Meski Ringan Dapat Mengecilkan Otak

ilustrasi otak manusia.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Hasil pemindaian otak menunjukkan, bahkan kasus ringan COVID-19 dapat mengecilkan bagian otak dan menyebabkan perubahan fisik yang setara dengan 10 tahun penuaan. 

Lakukan Pola Hidup Sehat Ini untuk Mencegah Stroke di Usia Muda

Beberapa bukti paling meyakinkan tentang kerusakan saraf setelah COVID-19 ringan berasal dari para peneliti Inggris yang menyelidiki perubahan otak pada orang sebelum dan sesudah mereka terkena penyakit tersebut. 

Sebelum pandemi, 785 peserta berusia antara 51 dan 81 tahun dipindai dan kemudian dipindai rata-rata tiga tahun terpisah, sebagai bagian dari proyek Biobank Inggris. Catatan medis mereka menunjukkan, 401 relawan ini terinfeksi SARS-CoV-2. Sebagian besar dari mereka mengalami infeksi ringan, hanya 15 dari 401 yang dirawat di rumah sakit. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Hasilnya menunjukkan 4,5 bulan setelah mengalami infeksi COVID-19 ringan, pasien telah kehilangan (rata-rata) antara 0,2 dan 2 persen volume otak dan memiliki materi abu-abu yang lebih tipis daripada otak sehat. 

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu
Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Peserta yang terinfeksi membutuhkan waktu 8 dan 12 persen lebih lama pada 2 tes yang mengukur perhatian, kemampuan penyaringan visual, dan kecepatan pemrosesan. Para pasien tidak secara signifikan lebih lambat dalam ingatan, waktu reaksi, atau tes penalaran. 

Secara keseluruhan, penelitian secara konsisten menunjukkan skor pasien COVID-19 secara signifikan lebih rendah dalam tes perhatian, memori, dan fungsi eksekutif dibandingkan dengan orang sehat. 

Jacques Hugon, ahli saraf di Rumah Sakit Universitas Paris Lariboisiere, mengatakan, tidak jelas apakah otak akan memperbaiki dirinya sendiri atau apakah pasien akan pulih, bahkan dengan rehabilitasi kognitif. Kerusakan akibat COVID-19 di otak juga bisa berkembang menjadi berbagai gangguan neurodegeneratif. 

Penyebab kabut otak dan penurunan kognitif
COVID-19 dapat menimbulkan respons imun yang parah yang memicu badai protein yang disebut sitokin, yang memperkuat peradangan di seluruh tubuh. Peradangan jangka panjang dapat meningkatkan penurunan kognitif dan penyakit neurodegeneratif. 

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Karena COVID-19 memengaruhi pernapasan, dia dapat membuat otak kekurangan oksigen, seperti yang terlihat dalam data otopsi dari Finlandia. COVID-19 juga meningkatkan risiko pembekuan darah hingga 6 bulan, yang dapat menyebabkan stroke yang membuat jaringan otak kekurangan oksigen. 

Beberapa ilmuwan bahkan khawatir orang yang selamat dari COVID-19 dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer, berdasarkan bukti adanya protein yang disebut beta-amiloid di otak pasien yang lebih muda yang meninggal karena COVID-19. 

Beberapa penelitian juga menunjukkan, virus SARS-CoV-2 menyerang otak. Sebuah studi oleh Institut Kesehatan Nasional AS menggambarkan bagaimana SARS-CoV-2 dapat menyebar jauh melampaui paru-paru dan saluran pernapasan. 

Ini menunjukkan, ketidakmampuan sistem kekebalan untuk membersihkan virus dari tubuh bisa menjadi kontributor potensial untuk gejala COVID-19 yang berkepanjangan, termasuk kabut otak.

 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya