Berat Badan Naik Usai Lebaran Bisa Jadi Diabetes, Begini Atasinya

Ilustrasi timbangan berat badan
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Lebaran adalah saat paling dinanti untuk bersilaturahmi bersama keluarga dan kerabat. Apalagi, setelah dua tahun mengalami pandemi COVID-19 yang membuat kita tidak bisa pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga. 

Berlebaran selama dua hari, ditambah lagi libur panjang, dan bisa mudik untuk bertemu kerabat di kampung, pastinya tidak lepas dengan kebiasaan makan bersama. Tentu menyenangkan bisa menikmati hidangan yang enak. 

Tetapi, perlu diingat bahwa makan berlebihan dan kurang bergerak dapat menyebabkan berat badan bertambah dan berisiko terserang penyakit. Bagi yang sudah memiliki penyakit penyerta, bahkan berpotensi memperparah kondisinya dan mengakibatkan kematian.

Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus mengatakan, meningkatnya berat badan utamanya disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak dan berkalori tinggi. 

Sayur ketupat atau sayur labu siam.

Photo :
  • Cookpad/Ummidayas

"Saat Lebaran biasanya tidak lepas dari opor ayam, gulai rendang, dan ketupat serta masih banyak lagi. Pun waktu bulan puasa banyak juga yang berbuka dengan menyantap makanan berminyak, banyak mengandung tepung, dan minuman manis," ujar dr. Yosef dalam keterangannya, Jumat 6 Mei 2022. 

Dia menambahkan, mengonsumsi kalori lebih tinggi dari yang tubuh butuhkan berpotensi membuat berat badan naik drastis. Misalnya saja, tubuh membutuhkan sekitar 2000 kalori, jumlah tersebut bisa sekaligus ada dalam satu porsi hidangan Lebaran.

"Saat euforia berlebaran dan liburan telah usai barulah terasa berat badan naik drastis dan tidak mudah turun dalam waktu cepat. Tidak hanya kalori, makanan yang mengandung gula dalam santapan Lebaran, seperti kue kering dan minuman manis jika dikonsumsi sering dalam porsi banyak juga menjadi pencetus kenaikan berat badan hingga obesitas terjadi lebih cepat, serta mudah terserang penyakit diabetes," ungkapnya. 

Konsisten Mendukung Pembibitan Generasi Emas Bulutangkis Indonesia

Selain karena makanan tinggi kalori dan gula, kata Yosef, penyebab berat badan naik dengan cepat juga bisa jadi karena kurang tidur dan kurang aktivitas fisik. Saat mudik, biasanya kita kurang beristirahat dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai. 

Ilustrasi kue kering

Photo :
  • Pixabay/ali_cruse
IDI Banjarnegara Memberi Edukasi Bahaya Penyakit Diabetes dan Pengobatan yang Tepat

“Saat tubuh kurang tidur, hormon insulin, leptin dan ghrelin menjadi tidak seimbang yang dapat memicu nafsu makan lebih tinggi sehingga durasi dan porsi makan bisa lebih banyak dari biasanya. Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga, maka tubuh akan mengalami surplus kalori atau jumlah kalori yang masuk akan lebih banyak daripada yang dibakar," paparnya. 

Menurut Yosef, kelebihan kalori dalam tubuh jika tidak habis terbakar akan menjadi timbunan lemak dan berat badan akan melonjak naik. Yosef lebih lanjut mengatakan, sesekali tidak mengapa memberikan tubuh makanan enak, tapi saat menyantapnya jangan terlalu cepat agar bisa menikmati makanan tersebut dan tubuh tidak tergesa-gesa memproses makanan. 

National Sports Therapist Course 2024: Meningkatkan Kompetensi Terapis Olahraga untuk Mendukung Prestasi dan Kebugaran Masyarakat

"Sesekali kita boleh makan enak untuk kesenangan dan bersilaturahmi asal porsi tidak berlebihan. Waktu berlebaran atau berlibur, kita tetap perlu mengendalikan diri dalam urusan makanan karena sejatinya tubuh lebih membutuhkan makanan bernutrisi dan cukup istirahat," tuturnya. 

Makan berlebihan dan tergesa-gesa menurut Yosef, dapat membuat tubuh lebih cepat kenyang dan menyebabkan masalah pencernaan. Saat bersantap bersama keluarga atau kerabat, ambil makanan dalam porsi 20 persen lebih sedikit karena akan ada banyak kue Lebaran. Dia juga menyarankan, jangan memesan makanan dan camilan dalam jumlah banyak agar tidak perlu membawa pulang makanan ke rumah.

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

Dr. Yosef juga menyarankan agar masyarakat tetap aktif berolahraga sebagaimana dulu sering dilakukan pada masa awal pandemi agar tubuh tetap kuat dan imunitas terjaga. Karena olahraga adalah cara sederhana dan murah untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, membantu mengendalikan kenaikan berat badan serta memelihara fungsi organ tubuh.

"Saat libur, nikmati waktu bersama keluarga dengan sering beraktivitas fisik agar tubuh kembali bugar dan kalori pun terbakar. Saat Lebaran usai dan kembali beraktivitas, maka aktivitas olahraga juga perlu diteruskan. Minimal 3 kali seminggu dengan durasi 15-45 menit. Durasi dan interval dapat ditambah seiring dengan kemampuan tubuh," pungkasnya. 

"Jenis olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan pagi, renang, dan jogging serta yoga. Bagi yang sehat, tidak ada masalah dengan jantung atau persendian kaki serta berat badan tidak berlebih, dapat berolahraga lari atau bersepeda," imbuh dr. Yosef.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya