Jelang Idul Fitri, Trik Makan Sehat Agar Nggak Kalap
- Times of India
VIVA – Berpuasa Ramadhan harus dimaknai dengan tetap memberikan manfaat baik bagi tubuh. Kesadaran menjalani hidup sehat juga harus dilakukan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kebiasaan makan, olahraga, dan istirahat yang cukup setiap hari, tidak terkecuali saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Namun tak sedikit yang justru mengeluhkan serangan penyakit maag saat menjalani puasa ramadan. Hal itu disampaikan oleh Head of Medical, PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan, yang mengatakan bahwa keluhan tersebut dialami oleh banyak pasien saat ramadan ini.
"Pertanyaan seputar maag. Normal sekali. Banyak orang yang mungkin karena kaget di awal puasa keluhkan maag. Dari sisi seasonal, kita lagi enggak jelas antara panas dan hujan banyak kasus flu atau ISPA masih mendominasi. Bukan karena ramadan tapi lebih karena pergantian musim," kata dia dalam acara virtual Good Doctor dan LSPR, beberapa waktu lalu.
Di kesempatan yang sama, dokter spesialis gizi dr. Vikie Nouvrisia Anandaputri, M.Gizi, Sp.GK., menyampaikan bahwa bulan Ramadan sebenarnya bisa menjadi cara untuk kembali berkomitmen menjalani gaya hidup sehat dan seimbang.
"Karena di bulan Suci ini, kita diajar untuk memiliki kesadaran untuk mengendalikan diri secara menyeluruh, baik dengan cara mengatur kebiasaan makan hingga mengatur emosi. Ini mengapa puasa bermanfaat langsung untuk kesehatan fisik dan mental," ujarnya.
Beberapa penelitian, sambung dr. Vikie, menjabarkan bagaimana puasa yang dilakukan secara rutin bisa mengontrol kadar gula darah sehingga menekan risiko terjadinya resistensi insulin. Tak hanya itu, puasa secara rutin juga memberikan waktu istirahat untuk sistem pencernaan.
Pada saat berpuasa juga terjadi pembakaran kalori, bahkan penurunan massa lemak sehingga dengan berpuasa dapat mencegah obesitas. Alhasil metabolisme tubuh jadi lebih efisien untuk membakar kalori dalam tubuh.
“Jangan mau hanya menikmati manfaat kesehatan ini hanya di bulan Ramadan, tapi lakukan juga secara konsisten setelahnya,” dokter Vikie pun mengingatkan.
Dan khusus di momen hari Raya Idul Fitri, dr. Vikie pun memberikan tips agar tetap mampu mengendalikan diri. Karena menurutnya, hari kemenangan ini seharusnya dirayakan dengan secara berkelanjutan sukacita dan memberikan manfaat baik bagi tubuh.
Berikut tipsnya:
Makanlah sesuai jam makan
Kebiasaan ini akan mengontrol asupan kalori. Jadi Anda tetap harus makan tiga kali sehari dalam porsi besar dan dua kali porsi kecil sebagai camilan.
“Meski Idul Fitri hari spesial, tapi tetaplah makan sesuai jam makan dengan makan besar tetap tiga kali yaitu sarapan, makan siang dan makan malam," kata dia.
Pilihlah makanan berserat tinggi sebagai makanan pembuka. Makanan berserat tinggi dijelaskan dr. Vikie dapat memperlambat pencernaan makanan, sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama.
Batasilah porsi makan
Di hari Idul Fitri membatasi porsi makan bisa menjadi tantangan tersendiri. Jika sebelum mengunjungi rumah kerabat, Anda baru saja makan besar maka sebaiknya pilihlah camilan atau makanan yang mengandung serat tinggi seperti puding buah atau es buah. Atau makanlah dengan porsi kecil agar kadar gula darah tetap stabil.
Tetap cari cara untuk membakar kalori
Dengan lebih aktif bergerak maka pembakaran kalori pun meningkat. Misalnya ketika silahturahmi ke rumah keluarga, sengaja parkir kendaraan agak jauh agar memberi kesempatan tubuh membakar kalori dengan berjalan kaki.
Jangan kelelahan
Kenali kemampuan tubuh. Beristirahatlah kalau sudah merasa lelah dan beri tubuh tidur yang cukup agar stamina dan imun tubuh tetap terjaga.
Ada pun, program edukasi bertajuk "Good Knowledge, Good Health" yang berlangsung dari Oktober 2021 dan berakhir pada April 2022. Topik yang dibahas meliputi hidup sehat sebelum dan sesudah vaksinasi, kesehatan mental, diabetes, aktivitas fisik yang sehat, dan pola makan yang sehat.
Berdasarkan survei pasca kampanye oleh 95% peserta, sebanyak 82,7% dari mereka menyatakan sangat puas dengan rangkaian webinar kesehatan yang diadakan. Bahkan, 99,5% peserta juga bersedia untuk terus menghadiri pembicaraan kesehatan serupa di masa mendatang.
Antusiasme atas keberhasilan dari program kolaborasi ini pun disampaikan oleh Emilya Setyaningtyas, Head of Communication Reputation Department, LSPR. Berdasarkan survei yang dilakukan kepada peserta program edukasi, ternyata ada sebanyak 82,7% peserta yang sangat puas dengan rangkaian webinar kesehatan yang dilakukan. Bahkan 99,5% peserta tetap ingin berpratisipasi jika nantinya diadakan lagi seminar kesehatan sejenis.
“Semangat para generasi muda ini untuk memilih sumber informasi terpercaya dan mengakses layanan kesehatan secara berdaya merupakan bagian dari budaya literasi yang ada di kampus. Karena itu, kami sebagai lembaga pendidikan tentu akan selalu konsisten ambil bagian dalam menciptakan generasi muda yang sehat," tuturnya.