Pertama di Dunia, Pasien Ini Positif COVID-19 Sampai 505 Hari

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA – Infeksi COVID-19 dapat bertahan lebih dari 1 tahun pada beberapa pasien. Namun, pada kasus terbaru, infeksi virus bahkan berlangsung selama 505 hari yang terjadi pada pasien yang berasal dari Inggris. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Para peneliti di King's College London dan Guy's and St Thomas NHS Trust Foundation, percaya bahwa itu adalah infeksi COVID-19 terlama di dunia. Sebelumnya, infeksi COVID-19 terlama diperkirakan terjadi selama 335 hari. 

Dilansir The HealthSite, para peneliti mempelajari 9 pasien immunocompromised yang terus-menerus positif COVID-19 selama 8 minggu, antara Maret 2020 hingga Desember 2021. Mereka menemukan, rata-rata infeksi virus bertahan selama 73 hari, tetapi 2 pasien memiliki infeksi persisten selama lebih dari setahun. 

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Dari 9 pasien ini, 5 selamat. Di antara yang selamat, 2 orang sembuh dari infeksi tanpa pengobatan, 2 orang lainnya sembuh setelah menjalani pengobatan dengan terapi antibodi dan antivirus, tetapi 1 orang terus mengalami infeksi. 

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat
PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Para peneliti mengatakan, pasien telah terinfeksi selama lebih dari 1 tahun (412 hari tercatat pada tindak lanjut terakhir mereka pada awal 2022). Orang tersebut telah diobati dengan antibodi monoklonal. Jika orang ini tetap positif pada tindak lanjut berikutnya, itu akan menjadi infeksi terlama yang diketahui. 

Penyebab infeksi COVID-19 yang persisten
Menurut para peneliti, semua pasien yang mereka teliti memiliki sistem kekebalan yang melemah, karena transplantasi organ, HIV, kanker, atau terapi medis untuk penyakit lain. Lima dari pasien ini juga mengembangkan setidaknya satu mutasi yang terlihat pada varian yang menjadi perhatian. 

"Beberapa individu memiliki beberapa mutasi yang terkait dengan varian Alpha, Delta dan Omicron," kata mereka. 

"Temuan ini mendukung gagasan bahwa varian virus baru dapat berkembang pada individu dengan gangguan kekebalan," kata penulis pertama, Luke Blagdon Snell, dari Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust.

Ilustrasi sampel pasien COVID-19 varian Omicron.

Photo :
  • Times of India

Gaia Nebbia dari Trust menekankan, strategi pengobatan baru sangat dibutuhkan untuk membersihkan infeksi COVID-19 yang persisten pada pasien dengan gangguan kekebalan. Dan ini juga dapat membantu mencegah munculnya varian COVID-19. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya