Bakal Masukan Imunisasi Wajib, Ini 6 Fakta Vaksin Kanker Serviks
- Times of India
VIVA – Vaksin kanker serviks atau Human Papilloma Virus (HPV) akan masuk dalam imunisasi wajib dan tanpa tambahan biaya. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa hal ini dilakukan sebagai langkah pencegahan dibanding mengobati penyakit kanker yang bisa menelan biaya yang tak sedikit.
Upaya pencegahan dini ini dilakukan sejalan dengan kondisi pandemi COVID-19. Menurut Menkes Budi, penyakit COVID-19 saat ini menelan biaya hingga puluhan juta yang sebenarnya dapat dicegah.
Hal tersebut serupa dengan kanker serviks yang sepatutnya juga dapat dicegah dengan vaksinasi.
"Karena memang kita mau melakukan itu tindakan yang terkait preventif dan promotif, seperti Covid-19 kalau kita sakit biayanya puluhan juta masuk RS tapi kalau kita cegah preventif pakai masker minum vitamin itu kan jauh lebih murah, jadi vaksinasi itu kan sifatnya mencegah bukan mengobati orang sakit," ujar Menkes Budi pada awak media, di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa 19 April 2022.
Lebih dalam, vaksin HPV selama ini memang sudah ada namun masih jarang yang menggunakannya lantaran harga yang tinggi. Maka dari itu, dengan rencana vaksin kanker serviks sebagai imunisasi wajib, Menkes Budi menegaskan tak akan ada biaya tambahan.
"Gratis, dibiayai oleh negara, (mulai) tahun ini. Semua yang dari program pemerintah tidak usah bayar," kata Menkes lagi.
Sebelumnya, Menkes dalam Pertemuan Diaspora Kesehatan Indonesia Kawasan Amerika & Eropa menyebutkan bahwa vaksin wajib akan ditambaj menjadi 14 antigen. Ini termasuk vaksin kanker serviks dan payudara lantaran kasusnya yang tinggi.
"Kita akan naikkan vaksin wajibnya kita dari 11 antigen menjadi 14, kita tambah vaksin HPV, PCV sama Rotavirus, terutama karena kematian kanker itu paling banyak wanita Indonesia karena serviks sama kanker payudara, serviks ada vaksinnya," katanya.
Berikut fakta terkait vaksin HPV yang akan diwajibkan oleh Menteri Kesehatan, dikutip dari berbagai sumber:
Bahaya HPV
Virus HPV merupakan salah situ virus yang berbahaya bagi tubuh manusia. Lantaran penyakit yang bisa ditimbulkan oleh infeksi HPV bukan hanya kanker serviks, melainkan juga jenis kanker lainnya pada pria mau pun wanita.
Selain kanker serviks, virus HPV juga memicu penyakit lain seperti kanker vagina (60-90%), vulva (40%), orofaring (12-70%), bahkan juga kanker anal (>80%) dan kanker penis (45%) pada laki-laki, serta kutil kelamin (100%).Â
Perlu diketahui, kanker serviks dimulai dari permukaan serviks, dan seiring waktu berjalan makin ke lapisan dalam. Namun, Lesi Pra Kanker Serviks stadium awal bisa kembali normal dengan sendirinya, kemungkinannya 70 persen.
Untuk terjadinya perubahan sel-sel serviks normal menjadi kanker, butuh waktu paling cepat enam bulan hingga dua tahun. Bahkan bisa sampai 15-20 tahun.
"Karena itu, jangan heran bila perempuan yang sudah menjanda 10 tahun bisa kena. Kadang dokter ‘kecolongan’ bila kanker serviks muncul di usia menopause. Kadang dianggap bahwa itu penghabisan haid. Namun sampai dua tahun terus berlanjut. Ternyata begitu ditemukan, kanker sudah stadium lanjut," ujar spesialis obgyn, dr. Andi Darma Putra, Sp.OG(K) dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dikutip dari rilis yang diterima VIVA, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, ada kesempatan selama 15-20 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini. Berdasarkan literatur, skrining perlu dilakukan 3-5 tahun. Di Indonesia disarankan setahun sekali.
Serupa dengan hal itu, Kenneth alexander, MD, Ph.D. dari Nemours Children’s Hospital, Florida, Amerika Serikat menerangkan bahwa peran vaksin HPV harus dikenalkan sejak dini, bahkan dari orangtua kepada anaknya. Sebab, tidak semua orangtua sadar untuk membawa anaknya ke klinik untuk mendapat vaksinasi.
Cara Kerja Vaksin HPV
Berbagai jenis HPV menyebar melalui kontak seksual dan terkait dengan sebagian besar kasus kanker serviks. Vaksin ini dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks jika vaksin diberikan sebelum anak perempuan atau perempuan terpapar virus.
Vaksin ini juga dapat mencegah kanker vagina dan vulva. Selain itu, vaksin dapat mencegah kutil kelamin, kanker dubur, dan kanker mulut, tenggorokan, kepala dan leher pada wanita dan pria.
Secara teori, memvaksinasi anak laki-laki terhadap jenis HPV yang terkait dengan kanker serviks juga dapat membantu melindungi anak perempuan dari virus dengan kemungkinan mengurangi penularan.
Direkomendasikan Sejak Usia Dini
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan agar vaksin HPV diberikan kepada anak perempuan dan laki-laki antara usia 11 dan 12 tahun. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia 9 tahun.
Sangat ideal bagi anak perempuan dan laki-laki untuk menerima vaksin sebelum mereka melakukan kontak seksual dan terpapar HPV. Penelitian telah menunjukkan bahwa menerima vaksin pada usia muda tidak terkait dengan awal aktivitas seksual.
Setelah seseorang terinfeksi HPV, vaksinnya mungkin tidak seefektif itu. Juga, respons terhadap vaksin lebih baik pada usia yang lebih muda daripada pada usia yang lebih tua.
CDC merekomendasikan agar semua anak berusia 11 dan 12 tahun menerima dua dosis vaksin HPV setidaknya dalam jarak enam bulan. Remaja yang lebih muda usia 9 dan 10 dan remaja usia 13 dan 14 juga dapat menerima vaksinasi pada jadwal dua dosis.
Penelitian telah menunjukkan bahwa jadwal dua dosis efektif untuk anak di bawah 15 tahun. Remaja dan dewasa muda yang memulai rangkaian vaksin kemudian, pada usia 15 hingga 26 tahun, harus menerima tiga dosis vaksin.
CDC merekomendasikan vaksinasi HPV lanjutan untuk semua orang hingga usia 26 tahun yang tidak divaksinasi secara memadai.
Kelompok Tak Dianjurkan Vaksin HPV
Vaksin HPV tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau orang yang sakit sedang atau parah. Beri tahu dokter Anda jika Anda memiliki alergi parah, termasuk alergi terhadap ragi atau lateks.
Dan jika Anda pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap komponen apa pun dari vaksin atau dosis vaksin sebelumnya, Anda tidak boleh mendapatkan vaksin tersebut.
Efek Samping
Vaksin HPV telah terbukti aman dalam banyak penelitian. Secara keseluruhan, efeknya biasanya ringan. Efek samping yang paling umum dari vaksin HPV termasuk rasa sakit, bengkak, atau kemerahan di tempat suntikan. Terkadang pusing atau pingsan terjadi setelah penyuntikan.
Tetap duduk selama 15 menit setelah injeksi dapat mengurangi risiko pingsan. Sakit kepala, mual, muntah, kelelahan atau kelemahan juga dapat terjadi. CDC dan FDA terus memantau vaksin untuk masalah yang tidak biasa atau parah.
Deteksi Dini HPV
HPV menyebar melalui kontak seksual — oral, vagina, atau anal. Untuk melindungi diri Anda dari HPV, gunakan kondom setiap kali berhubungan seks. Selain itu, jangan merokok. Merokok meningkatkan risiko kanker serviks.
Untuk mendeteksi kanker serviks pada tahap paling awal, temui dokter Anda untuk tes Pap rutin dimulai pada usia 21. Cari bantuan medis segera jika Anda melihat tanda atau gejala kanker serviks – pendarahan vagina setelah berhubungan seks, antara periode atau setelah menopause, nyeri panggul, atau rasa sakit saat berhubungan seks.