Banyak Perokok Tak Kena Kanker Paru-paru, Einstein Ungkap Alasannya
- Pixabay/karosieben
VIVA – Merokok dianggap sebagai faktor risiko utama untuk kanker paru-paru, yang merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia. Di mana sekitar 80 persen kematian akibat kanker paru-paru dikaitkan dengan merokok.
Tetapi sebuah studi baru yang dilakukan oleh para ilmuwan di Albert Einstein College of Medicine menemukan, hanya sebagian kecil perokok yang mengembangkan penyakit ini. Apa alasannya?
Dilansir The Healthsite, Selasa 19 April 2022, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Nature Genetics, para peneliti mengatakan, beberapa perokok mungkin memiliki mekanisme kuat yang melindungi mereka dari kanker paru-paru dengan membatasi mutasi sel.
Mereka percaya bahwa temuan ini dapat membantu mengidentifikasi perokok yang berisiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru, sehingga memungkinkan mereka untuk memantau kesehatannya.
Merokok dan kanker paru-paru, apa hubungannya?
Dokter percaya bahwa asap rokok mengandung banyak zat penyebab kanker (karsinogen), yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang melapisi paru-paru. Seiring waktu, ini menyebabkan sel-sel bertindak tidak normal dan akhirnya mengarah pada perkembangan kanker paru-paru.
Penulis studi mengungkapkan, sementara merokok mampu memicu mutasi DNA pada sel paru-paru normal, ini belum pernah terbukti pada penelitian sebelumnya, karena tidak ada cara yang akurat untuk mengukur mutasi pada sel normal.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan teknik pengurutan baru yang disebut amplifikasi perpindahan ganda sel tunggal (SCMDA), yang mengurangi kesalahan pengurutan. Mereka kemudian membandingkan lanskap mutasi sel epitel paru normal (yaitu sel yang melapisi paru-paru) dari yang tidak pernah merokok dan perokok.
Para peneliti mengatakan, sel-sel paru-paru ini dapat mengakumulasi mutasi dengan usia dan merokok. Mereka menemukan mutasi yang terakumulasi di sel paru-paru non perokok seiring bertambahnya usia, tetapi lebih banyak mutasi ditemukan di sel paru-paru perokok.
"Seperti yang dihipotesiskan sebelumnya, penelitian ini menegaskan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru dengan meningkatkan frekuensi mutasi dan mengapa lebih sedikit non perokok yang terkena kanker paru-paru," kata Simon Spivack, penulis senior, profesor kedokteran, epidemiologi dan populasi kesehatan serta genetika di Albert Einstein College of Medicine.
Tak semua perokok kena kanker paru-paru, ini alasannya
Menurut Spivack, hanya 10-20 persen perokok yang mengidap kanker paru-paru seumur hidupnya. Jadi, mengapa kebanyakan perokok tidak terkena kanker paru-paru? Spivack mengatakan, beberapa orang mungkin memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok.
Dalam studi tersebut juga mereka menemukan, perokok terberat tidak memiliki beban mutasi tertinggi.
"Data kami menunjukkan, orang-orang ini mungkin bertahan begitu lama meskipun mereka perokok berat karena mereka berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Penurunan mutasi ini dapat berasal dari orang-orang ini yang memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," kata Dr. Spivack.
Para peneliti percaya bahwa temuan mereka dapat menawarkan cara baru untuk menilai risiko seseorang terkena kanker paru-paru.