Daftar Makanan Ini Bantu Atasi Kabut Otak Akibat Long COVID-19
- Pixabay/Tumisu
VIVA – Kabut otak menjadi salah satu gejala umum infeksi COVID-19. Bahkan setelah sembuh, gejala virus corona ini masih menetap selama berbulan-bulan.
Kabut otak sendiri bukanlah kondisi medis, namun digunakan untuk menggambarkan berbagai gejala, termasuk kurang konsentrasi, kebingungan, dan pikiran kabur. Lalu, adakah efek jangka panjang dari kabut otak ini?
Dilansir Times of India, Selasa 19 April 2022, para ahli percaya meski masalah kabut otak akan membaik seiring berjalannya waktu. Namun dalam kasus COVID-19, hal itu mungkin akan berdampak buruk pada kesehatan otak.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan tabloid Inggris, Profesor Goodwin memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa COVID-19 dapat menyebabkan kerusakan pada mitokondria di sel-sel otak. Diketahui, virus corona dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh, yang menyebabkan berbagai gejala fisik.
Demikian pula memasuki otak melalui penghalang darah-otak kedap dan dapat merusak sel-sel otak yang sehat. Lonjakan jumlah virus ini akan mengunci pembuluh darah, bereplikasi di dalam selnya, kemudian masuk ke otak. Kerusakan yang disebabkan oleh virus di sel-sel otak bahkan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi parah.
Profesor Goodwin menyarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi yang mendukung sel-sel otak tetap sehat. Makanan yang dikemas dengan nutrisi dapat membantu regenerasi sel otak dengan cepat, terutama yang kaya akan asam lemak Omega-3.
Biji rami, biji chia, ikan, kacang kenari, tahu, kerang, minyak canola, kacang navy, kubis brussel, dan alpukat, adalah beberapa sumber asam lemak Omega-3 yang sangat baik.
Selain itu, makanan yang kaya akan asam alfa-lipoat, L-karnitin dan kreatin, juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan otak. Nutrisi ini dapat dengan mudah ditemukan pada daging unggas, telur, kacang-kacangan, biji-bijian dan bayam.
Goodwin juga mengungkapkan, COVID-19 yang masuk ke sel-sel otak juga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula yang dirasakan di neutron. Itu terjadi karena mitokondria neutron dengan cepat mengubah bentuk dan struktur, yang mengarah ke perubahan metabolisme keseluruhan yang mendalam.
Pada akhirnya dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit yang dilaporkan pada banyak orang setelah sembuh dari virus corona. Untuk menghindarinya, profesor Goodwin menyarankan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat olahan dan gula.
Peradangan di sekitar otak yang disebabkan oleh virus corona memang dapat menyebabkan kabut otak. Namun, ada beberapa faktor tidak langsung yang juga dapat menyebabkan kondisi ini. Di antaranya, kualitas tidur yang buruk, depresi, stres atau cemas yang meningkat, perubahan pola makan, kurang aktivitas fisik dan efek samping dari obat-obatan tertentu.
Jadi, jika merasakan gejala kabut otak, coba juga untuk mempertimbangakn semua faktor di atas dan sesuaikan dengan rutinitas harian. Mengadopsi kebiasaan sehat juga akan membantu meningkatkan kesehatan mental.