Atlet Bola Indonesia Kerap Kalah dari Thailand, Dokter Ungkap Sebabnya

Timnas Futsal Indonesia jumpa Thailand di final Piala AFF
Sumber :
  • federasifutsal_id

VIVA – Permasalah stunting masih menjadi pekerjaan besar bagi Indonesia. Spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K), mengungkap alasan mengapa banyak anak Indonesia yang mengalami stunting. 

Soccer Challenge Sukses Tumbuhkan Minat Siswi Rangkai Mimpi Jadi Bintang Sepakbola

"Kenapa anak Indonesia banyak yang pendek, banyak yang mengalami stunting? Modalnya makannya itu adalah protein hewani itu sangat kurang, dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya," ujarnya saat Webinar Edukasi Gizi yang digelar Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Aisyiyah, Senin 18 April 2022. 

Lebih lanjut, dokter Hafifah turut mengungkap mengapa atlet sepakbola Indonesia, kerap kalah dibanding atlet sepakbola di negara-negara Asia Tenggara lainnya. 

PSSI dan FIFA Kunjungi 13 Stadion Guna Penuhi Standar Internasional

"Makanya kalo kita bertanding bola, AFF sama Thailand pasti kalah mulu. Kadang sama Vietnam juga kalah, kenapa? Orang Vietnam makan proteinnya lebih banyak daripada kita di Indonesia," ungkapnya. 

Ilustrasi stunting

Photo :
  • Direktorat P2PTM Kemenkes
Daftar Harga Pangan 18 Desember 2024: Bawang Merah hingga Telur Ayam Naik

"Mereka bisa lari lebih cepet, badannya lebih tinggi, sedangkan kita orang Indonesia makan proteinnya kurang. Banyakan protein kita dari mana sumbernya? Dari sereal. Di dalam nasi ada proteinnya, cuma jumlahnya gak banyak," tambah dia. 

Oleh karena itu, Hafifah mengatakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mengonsumsi daging unggas atau telur setiap hari, sebagai sumber protein hewani. 

"Daging merah dan hati ayam merupakan sumber protein sekaligus zat besi dan seng. Di antara semua protein yang paling baik untuk naikin berat badan dan panjang badan nomor satu itu telur. Kenapa? Karena kualitas proteinnya itu sangat baik," jelas dia. 

Menurut Hafifah, dibanding dengan tahu, kualitas protein telur jauh lebih tinggi. Untuk itu, dia mengatakan, konsumsi tahu dan tempe memang diperbolehkan, namun tetap harus ditambahkan protein hewani. 

Ilustrasi Telur

Photo :
  • U-Report

Tapi selain telur, masih ada sumber protein hewani lain yang tidak kalah bagus. Apa itu?

"Susu itu bagus sekali. Makanya kalau masih minum ASI, minum ASI. Kalau ASI-nya udah gak ada, mesti tambah susu lagi. Nah ini ada penelitiannya. Anak Afrika yang makan daging atau susu, itu lebih tinggi dan proporsional dibanding yang hanya makan karbohidrat," tuturnya. 

"Kalau kita di Indonesia kadang-kadang di beberapa daerah, makannya masih nasi, pake kerupuk kemudian pake kecap. Kadang-kadang kalo lagi ada rezeki, makannya pakai telur. Tapi dominannya banyakan karbohidrat. Atau kalo nasi padang, nasi, kentang, kerupuk, kasih kuah, ayamnya satu tapi nasinya banyak," sambung dia. 

Menurutnya, yang perlu dirubah jika ingin anak-anak kita tumbuh tinggi, adalah dengan menambahkan protein hewani, setiap kali makan. 

Ilustrasi susu/anak.

Photo :
  • Freepik

"Ini ada penelitian yang sangat menarik. Mengonsumsi satu butir telur sehari selama 6 bulan, itu menurunkan stunting sebanyak 47 persen," pungkas dr. Cut Nurul Hafifah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya