Bukan Lari, Pakar Ungkap Olahraga Tepat Bagi Obesitas
- U-Report
VIVA – Obesitas telah menjadi epidemi global di mana stigma obesitas memberikan tantangan tersediri dalam penanganan obesitas. Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya.Â
Stigma ini berbahaya dan kita harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit dan tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.
Untuk mengelola obesitas dan mencegah risiko komplikasi yang yang disebabkannya, pengobatan obesitas harus ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan anjuran kesehatan.Â
Ini akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan menurunkan risiko komplikasi yang berhubungan dengan obesitas. Salah satunya dengan berolahraga secara tepat dan bukan asal bergerak dengan asumsi yang kurang pas dalam membakar lemak.
"Aktif secara fisik dipastikan dapat mencegah kelebihan berat badan dan obesitas. Namun, bentuk latihan tertentu mungkin memiliki dampak yang lebih besar pada komposisi tubuh. Yang dianjurkan adalah intensitas sedang dan sekitar 40 menit," ujar Dokter Spesialis Olahraga, dr. Anita Suryani, Sp.KO, dalam keterangan pers Novo Nordisk.
Namun, ‘makan lebih sedikit, bergerak lebih banyak’ mengandung pemahaman bahwa penurunan berat badan hanya tentang diet dan olahraga, sementara faktor pemicu obesitas lainnya diabaikan.
Meskipun latihan fisik memainkan peran penting dalam pola hidup sehat secara keseluruhan, itu bukan satu-satunya faktor dalam menangani obesitas.
"Mesti tepat sasaran. Tujuannya Mengurangi massa lemak. Kalau pasien obesitas dalam arti persenan lemak berlebihan harus olahraga yang membakar lemak. Sebenarnya bukan berarti olahraga berat dalam arti intensitas tinggi," bebernya.
Bahaya ketika pasien obesitas melakukan olahraga intensitas berat, maka bisa terjadi kekurangan oksigen. Padahal, untuk membakar lemak dibutuhkan metabolik yang tepat dan itu terjadi dengan pola napas teratur melalui asupan oksigen yang mencukupi.
"Artinya olahraga tinggi intensitasnya seperti lari yang bikin ngos-ngosan, itu justru kurang tepat untuk bakar lemak. Obesitas perlu oksigen untuk bakar lemak dalam arti sempet napas saat latihan fisik misal sepeda santai, jalan santai, intinya masih bisa napas," terangnya.
Dokter Anita menegaskan bahwa olahraga yang dianjurkan harus melebihi 30 menit karena ada alasan tertentu. Di mana pada 30 menit awal, tubuh lebih banyak membakar glukosa atau gula darah dibandingkan lemak sehingga berat badan belum mencapai titik ideal.
"30 menit pertama pakai glukosa, 30 menit berlalu baru lemak-lemak dibakar. Mesti jelas intensitas sedang, nggak berat dan minimal 40 menit atau di atas 30 menit," pungkasnya.