Dokter: Masih Banyak yang Salah Sikat Gigi pada saat Mandi
- Pixabay
VIVA – Kebiasaan sikat gigi dua kali sehari, rasanya sudah hampir diketahui semua orang, yaitu pagi dan malam hari. Namun sayangnya, terkait kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi, masih banyak yang melakukan kesalahan.
Kebanyakan orang, akan sikat gigi bersamaan dengan waktu mandi. Padahal, itu kebiasaan yang salah. Lalu, kapan waktu menyikat gigi yang tepat?
Head of Professional Marketing Beauty and Personal Care Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., mengungkap, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan di 2018, ada dua kebiasaan yang terkait dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
"Yang pertama adalah kebiasaan untuk menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.Ternyata, yang rutin menyikat gigi, 94,7 persen, itu dua kali sehari berdasarkan data Riskesdas," ujarnya saat konferensi pers Virtual Pepsodent, yang digelar baru-baru ini.
"Cuma sayangnya, yang betul waktunya itu sedikit sekali. Hanya 2,8 persen yang betul-betul menjaga kesehatan giginya dengan rutin menyikat pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur," tambah dia.
Dokter Ratu menilai, masih banyak yang belum mengetahui kebiasaan menyikat gigi yang benar adalah setelah sarapan, dan bukan di waktu mandi.
"Jadi terjadi masalah ketidaktahuan di sini. Jadi banyak sekali masyarakat Indonesia yang rutin menyikat gigi di waktu yang salah, yaitu di waktu mandi," ungkap dia.
Kemudian, kebiasaan yang kedua yaitu menyangkut kebiasaan masyarakat Indonesia untuk mengunjungi dokter gigi.
"Riskesdas 2018, ditanyakan 2 bulan terakhir bagaimana perilaku mereka untuk datang ke dokter gigi setahun terakhir. Yang kita lihat di sini adalah, 94,9 persen masyarakat perkotaan di Indonesia tidak pernah mengunjungi dokter gigi dalam setahun terakhir," paparnya.
Ratu mengatakan, tentu saja angka ini memprihatinkan. Pasalnya, masyarakat perkotaan seharusnya lebih mudah untuk menjangkau dokter gigi dibanding masyarakat yang tinggal di pelosok atau pedalaman.
"Jadi ini angkanya besar tetapi ternyata memprihatinkan, karena mereka tidak pernah mengunjungi dokter gigi dalam setahun terakhir dan ini adalah masyarakat di perkotaan, yang mungkin notabene-nya dokter-dokter gigi mungkin banyak di situ, akses transportasi sangat mudah. Tapi memang kesadaran untuk datang ke dokter gigi masih sangat rendah," imbuh drg. Ratu Mirah Afifah.