Studi: Diabetes Intai Penyintas COVID-19, Apa Pemicunya?
- Pexels/Nataliya Vaitkevich
VIVA – COVID-19 terbukti memicu dampak jangka panjang dengan gejala mulai dari kelelahan hingga sesak napas. Akan tetapi, para pakar mulai mengkhawatirkan kaitan COVID-19 dan diabetes yang nampaknya mulai meningkat sejak pandemi berlangsung.
Dikutip dari The Sun, Selasa, 22 Maret 2022, para ilmuwan di Inggris dan AS membunyikan alarm di awal pandemi, setelah melihat lonjakan kasus kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.Sejak itu penelitian telah menghubungkan virus corona itu dengan diabetes tipe 1 dan 2.
Profesor Francesco Rubino, dari King's College London, memimpin penelitian tentang kaitan tersebut dan memperingatkan bahwa kita mungkin melihat bentuk diabetes yang sama sekali baru dan belum terlihat. Menurutnya, hal itu bisa mengarah pada pemahaman baru tentang bagaimana diabetes berkembang, membuka jalan bagi perawatan baru.
Baik diabetes tipe 1 dan 2 terjadi karena kekurangan hormon insulin dalam tubuh. Tipe 1 adalah hasil dari kelainan genetik dan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas. Untuk tipe 2, yang berhubungan dengan gaya hidup dan muncul di kemudian hari, terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau insulin yang dihasilkan tidak bekerja dengan baik.
Diabetes intai penyintas COVID-19
Rupanya, diabetes terbukti tak pandang bulu. Seperti pada putri Victoria Jennings, Isla, didiagnosis dengan Tipe 1 pada September 2020, berusia tujuh tahun. Dia tertular COVID-19 pada awal pandemi, bersama dengan ayah Dave dan saudara perempuan Ana, 13, dan Honey, 11.
Victoria yang menjalankan perusahaan kelas bayi, memperhatikan putrinya, yang sekarang berusia delapan tahun, minum berlebihan saat berlibur di Majorca pada Juli 2020.
“Isla akan menghabiskan sebotol air dua liter dalam satu malam. Saya menganggapnya panas pada awalnya tetapi kemudian saya mulai mencari di internet dan saya menjadi yakin dia menderita diabetes tipe 1. Dia juga terus-menerus lapar, dan sepertinya kehilangan berat badan tidak peduli apa yang dia makan," cerita sang ibu.
Dokter umum Isla melakukan tes darah dengan menusuk ujung jari dan memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit Stepping Hill di Stockport. Sebab, kadar gula darahnya meningkat drastis dan membahayakan hidupnya.
Diabetes berkembang usai pulih dari COVID-19
Merujuk pada sebuah penelitian di Jerman baru-baru ini menemukan orang dewasa yang pulih dari COVID-19 memiliki risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2. Dan penelitian besar lainnya melacak lebih dari 47.000 pasien di rumah sakit di Inggris dan menemukan lima persen mengembangkan diabetes dalam tujuh bulan setelah pulih dari COVID-19. Kebetulan kah?
Awal tahun ini, para ilmuwan AS memeriksa kumpulan data yang menemukan bahwa anak-anak yang terkena COVID-19 memiliki kemungkinan 31 persen lebih tinggi untuk didiagnosis menderita diabetes daripada mereka yang menghindarinya.
Sementara itu, penelitian lain di AS menemukan bahwa orang yang selamat dari COVID-19 sekitar 39 persen lebih mungkin didiagnosis baru menderita diabetes dalam enam bulan setelah pulih. Prof Rubino mengatakan temuan itu menambah kekhawatiran lebih lanjut.
“Yang belum kami ketahui adalah apakah peningkatan jumlah diagnosis baru diabetes yang diamati adalah efek dari pandemi atau virus itu sendiri. Apakah kita hanya menemukan lebih banyak kasus diabetes karena lebih banyak orang selama pandemi telah menerima beberapa tingkat perhatian medis? Atau apakah kita melihat lebih banyak diabetes karena perubahan gaya hidup yang dipaksakan oleh penguncian yang lama dan berulang? Atau apakah virus itu sendiri mampu menyebabkan diabetes? Atau semua hal itu bersama-sama?" jelasnya.
COVID-19 diduga serang produksi insulin
"Tapi satu hal yang jelas. Sejak awal pandemi ada hubungan antara COVID-19 dan diabetes," kata Prof Rubino.
Dia mengingatkan, ini tidak berarti COVID-19 yang menyebabkan kondisi tersebut, tetapi teori itu masuk akal dan perlu diselidiki.
“Seiring berjalannya waktu, kami telah melihat peningkatan jumlah orang di semua demografi yang didiagnosis menderita diabetes, baik selama COVID-19 maupun setelah terkena COVID-19," katanya lagi.
"Orang biasanya menganggap COVID-19 sebagai penyakit pernapasan, tetapi sel yang bisa dimasuki virus tidak hanya yang melapisi sistem pernapasan. Kami tahu mereka juga bisa masuk ke organ yang bertanggung jawab untuk produksi insulin," jelasnya.
"Ada juga kemungkinan bahwa diabetes yang kita lihat sekarang adalah jenis yang sama sekali baru yang belum pernah kita saksikan sebelumnya," bebernya.
Meski mengkhawatirkan, Prof Rubino berharap kaitan ini dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana diabetes berkembang di saat pandemi. Profesor Rubino juga melihat COVID-19 memiliki potensi untuk merevolusi apa yang kita ketahui tentang diabetes.
“Dari perspektif penelitian, kita bisa berada di ambang mempelajari hal-hal baru tentang penyakit yang sangat tua karena COVID-19,” jelasnya.
“Kami tidak tahu apa yang menyebabkan diabetes atau dari mana asalnya. Kasus-kasus baru terkait COVID-19 dapat membantu kita memahami hal itu, yang dapat mengarah pada perawatan baru,” tambahnya.