Teknologi Vaksin COVID-19 Kini Juga Bisa Pangkas Kolesterol

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/wirestock

VIVA – RNA adalah jantung dari teknologi mutakhir yang belum pernah kita dengar hingga hadirnya vaksin COVID-19. Baik vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna sama-sama dibuat menggunakan RNA.

Jangan Salah Lagi! Ini Beda Probiotik dan Prebiotik Serta Manfaatnya untuk Kesehatan

Terapi gen RNA secara cerdas mengubah instruksi ke sel tubuh sehingga mereka membuat protein spesifik yang melakukan fungsi berguna. Dalam kasus vaksin, protein tersebut dikenali sebagai sistem imun, yang kemudian siap untuk melawan virus.

Kini, para ilmuwan menggunakan terapi RNA untuk membangun pengobatan baru bagi sebagian penyakit genetik, dan potensial bagi lebih banyak kondisi umum seperti penyakit jantung dan kanker.

Sering Makan Jeroan? Ini 6 Risiko Kesehatan yang Harus Diwaspadai

Tubuh kita terbuat dari triliunan sel, masing-masing butuh untuk menghasilkan protein agar berfungsi dan bereproduksi. Pusat kendali sel, atau nukleus, mengandung DNA, instruksi manual yang memegang semua informasi mengenai bagaimana membuat protein yang dibutuhkan.

RNA (atau ribonucleic acid) memiliki peran penting dalam menciptakan protein-protein ini juga. Dia berfungsi sebagai pembawa pesan antara nukleus dan tubuh sel. RNA mengandung salinan instruksi genetik sel bagi masing-masing protein.

6 Obat Kolesterol yang Efektif dan Mudah Didapat di Apotek

Dengan vaksin COVID, RNA menginstruksikan sel untuk memproduksi protein yang akan menarik perhatian dari sistem imun kita. Dengan penyakit genetik, ada mutasi dalam kode genetik, jadi pesan yang salah terkirim dari nukleus.

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Akibatnya, sel-sel menciptakan protein mutan yang tidak bekerja dengan benar, atau jumlah berlebihan dari protein, atau tidak ada protein sama sekali.

Dengan kondisi genetik yang relatif umum, hiperkolesterolemia familia, misalnya, tubuh tidak mampu menghilangkan low-density lipoprotein (LDL, atau kolesterol jahat) dari darah.

Terapi RNA yang disebut campur tangan inclisiran dengan RNA untuk membatasi produksi protein yang bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat. Pendekatan lainnya melibatkan RNA yang dimodifikasi untuk memicu produksi protein yang tepat.

Kesuksesan baru-baru ini dalam aplikasi teknologi RNA berarti para ilmuwan sangat senang mengenai potensinya untuk mengobati kondisi seperti penyakit jantung dan kanker.

"Ada banyak yang sedang terjadi," kata Simon Waddington, seorang profesor terapi gen di University College London dikutip Daily Mail. "Saya rasa RNA akan menjadi hal besar berikutnya," lanjut dia.

Manfaat besarnya adalah sekali tubuh menerima instruksi tersebut, terapi ini membuat protein yang tepat secara lokal dan alamiah, tepat seperti tubuh Anda memang dimaksud untuk membuatnya.

Ilustrasi vaksin COVID-19

Photo :
  • Pixabay/Elchinator

"Ini lebih efisien dan jauh lebih murah dibanding membuat, memproduksi dan mengirimkan protein secara terapetik (lewat obat)," kata Vitor Pinheiro, seorang profesor rekanan dari ilmu farmasi di KU Leuven, Belgia.

Manfaat lainnya adalah, tidak seperti terapi pengganti, terapi RNA (yang diberikan lewat infus) membuat Anda mengirimkan perawatan secara sementara tanpa membuatnya membuat perubahan permanen.

Ini artinya Anda bisa memodulasi dosis untuk mendapat respons yang tepat, di mana sangat membantu karena tiap individu bereaksi berbeda. Jadi, jika ada efek samping, Anda bisa mengatasinya tepat waktu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya