Menkes Budi Sebut Pemilik Antibodi Tertinggi COVID-19 di Indonesia

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan Indonesia sudah melakukan serosurvei untuk mengetahui berapa banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi virus SARS-COV2 atau COVID-19. 

Kementerian Ekraf dan Kemendagri Bentuk Tim Kecil untuk Kembangkan Ekonomi Kreatif di Daerah

Menurut Menkes, serosurvei yang dilakukan dan dianalisis oleh Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia ini adalah yang terbesar kedua di dunia. Sementara yang pertama ditempati India. 

Antibodi COVID-19 terbentuk berdasarkan dua hal, yaitu imunisasi yang membentuk antibodi dan terinfeksi virus yang juga akan membentuk antibodi. Hasil survei tersebut menjelaskan apabila ada orang yang sudah diimunisasi dan terinfeksi COVID-19, maka memiliki antibodi paling tahan lama dan tinggi.

Pungutan BPHTB dan PGN Dibebaskan untuk Bangun Hunian MBR, Menteri Ara Apresiasi Pemda Sudah Ikhlas

"Antibodi terbentuk dari dua hal, imunisasi dan infeksi. Untuk teman-teman yang sudah terifeksi COVID-19 kemudian divaksinasi atau sebaliknya, maka antibodinya paling tahan lama dan paling tinggi," kata Budi Gunadi, saat konferensi pers Hasil Serologi Survey Nasional, Jumat 18 Maret 2022. 

Berdasarkan data yang disampaikan tim survei dari FKM UI, mayoritas penduduk di Indonesia atau 86,6% populasi telah memiliki antibodi SARS-COV2. Antibodi ini baik yang disebabkan terinfeksi sebelumnya atau yang dikarenakan vaksinasi COVID-19.

10 Cara Cerdas Menghemat Biaya Perawatan Anabul di Rumah

Data ini dijelaskannya berdasarkan hasil sero survei yang dilakukan pada 100 kabupaten/kota di sebagian wilayah aglomerasi dan non-aglomerasi. Waktu survei sepanjang November sampai Desember 2021.

Penelitian ini dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Litbang Kementerian Dalam Negeri. 

Epidemiolog dari UI Pandu Riono mengatakan, antibodi COVID-19 bisa terbentuk pada orang yang belum terinfeksi maupun tervaksin lantaran ia tidak menyadari pernah terpapar virus corona.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian meminta masyarakat tidak eforia dengan hasil survei  serologi tersebut. Antibodi ini baik yang disebabkan terinfeksi sebelumnya atau yang dikarenakan vaksinasi COVID-19.

Mendagri Tito menegaskan bahwa protokol kesehatan dan memakai masker harus menjadi gaya hidup baru di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. 

"Yang antibodi tinggi jangan eforia, karena antibodi tidak bisa mencegah penularan, tetap memakai masker dan prokes. Sementara daerah yang temuan rendah, artinya antibodi masih di bawah 80 persen maka akan digenjot vaksinasi," kata Tito.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya