Awas, Mendengkur Bisa Jadi Tanda Gangguan Penyempitan Saluran Napas
- Freepik/nensurla
VIVA – Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina hingga berada dalam kondisi yang optimal. Namun sayangnya, sekitar 30-40 persen orang di dunia diperkirakan mengalami gangguan tidur semasa hidupnya.
Gejala gangguan tidur yang sering dikeluhkan adalah mendengkur atau ngorok. Mendengkur sendiri merupakan salah satu bentuk gangguan tidur yang paling sering terjadi. Persepsi yang beredar pada masyarakat luas, mendengkur sering kali dianggap sebagai suatu tanda tidur nyenyak, tetapi sebenarnya tidak.
"Gangguan tidur banyak, salah satunya adalah hambatan masuknya udara pada saat tidur yang ditandai dengan mendengkur atau ngorok. Ngorok atau mendengkur itu bukan menunjukkan tidur seseorang enak atau dalam. Melainkan menunjukkan ada masalah adanya gangguan penyempitan pada saluran napas saat tidur," kata spesialis paru, Dr. Andika Chandra Putra, Ph.D, Sp.P(K), FAPSR dalam virtual conference, dalam rangka hari tidur sedunia, Jumat 18 Maret 2022.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa penyempitan pada saluran napas itu menyebabkan aliran udara yang masuk dalam saluran pernapasan berkurang sehingga suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh menjadi berkurang.
"Mendengkur merupakan mekanisme awal terjadinya gangguan henti napas saat tidur atau obstructive sleep apnea. Pada beberapa kondisi ngorok atau mendengkur adalah normal pada kondisi tidur, tapi bisa menjadi tidak abnormal kalau misalnya frekuensi lebih tinggi atau kalau kita lakukan pemeriksaan terdapat hipoksia atau penurunan kadar oksigen pada tubuh saat tidur," kata Andika menjelaskan.
Lebih lanjut, mendengkur sendiri perlu diperiksakan ke dokter, jika seseorang tadi mengeluhkan mudah mengantuk, atau kemudian emosional, performance menurun, tekanan darah tinggi yang tak kunjung menurun dengan obat-obatan, penderita diabetes tidak terkontrol, untuk melakukan screening terlebih dahulu.
"Kalau risikonya tinggi bisa kita lanjutkan pemeriksaan polisomnografi atau sleep test," kata Andika menjelaskan.
Untuk diketahui, Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan kejadian berhentinya napas lebih dari 10 detik yang terjadi secara berulang sepanjang seseorang tidur. OSA sering terlambat terdiagnosa pada fase awal yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi kardiovaskular, metabolik, neuroendokrin, hingga kematian mendadak saat tidur.