Pandemi Belum Usai, WHO Peringatkan Deltacron Makin Meluas

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Pandemi COVID-19 rasanya masih jauh dari akhir lantaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) peringatkan bahwa varian gabungan omicron dan delta telah menyebar di beberapa negara. Dengan kasus varian Deltacron yang dilaporkan di beberapa bagian Eropa dan AS, Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan bahwa pandemi masih jauh dari kata selesai.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Dikutip dari laman The Health Site, setelah hampir tiga tahun berjuang melawan coronavirus, orang-orang akhirnya menghela nafas lega, berpikir bahwa pandemi COVID-19 telah berakhir. Namun, munculnya varian baru terus menyabotase rencana ini dan menyebarkan infeksi. Baru-baru ini, insiden varian Hybrid (kombinasi) Delta dan Omicron telah dilaporkan di banyak negara seperti Prancis, Belanda dan Denmark.

Karena ini bukan hanya tahap awal dengan hanya beberapa kasus Deltacron yang dilaporkan di beberapa tempat, tingkat keparahan Deltacron masih belum jelas. Lantas, apa yang dikhawatirkan WHO?

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Peringatan WHO

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik
Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Baru-baru ini dalam konferensi pers, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Deltacron menyebar di berbagai wilayah Eropa. Belum ada perubahan nyata yang tercatat dalam tingkat keparahannya, tetapi penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui lebih banyak tentangnya. 

"Ada kemungkinan bahwa itu akan segera menyebar di antara manusia. Jadi pandemi masih jauh dari selesai," kata WHO

Delta-Omicron Hybrid Teridentifikasi di Beberapa Tempat

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di platform online medRxiv pada 8 Maret, galur hibrida baru, yang dijuluki "Deltacron," dikonfirmasi melalui pengurutan genom yang dilakukan oleh para ahli di IHU Mediterrane Infeksi di Marseille, Prancis, dan telah ditemukan di berbagai bagian dari Perancis. Menurut database internasional GISAID, kasus juga telah ditemukan di Denmark dan Belanda. Dua kasus telah terdeteksi di Amerika Serikat oleh bisnis penelitian genetika yang berbasis di California, Helix. Sekitar 30 contoh telah terdeteksi di Inggris, sesuai laporan.

"Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SARSCoV2 yang beredar," tulis Dr Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di akun twitternya.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Sorotan lebih lanjut, tulisnya, bahwa kita perlu menunggu eksperimen untuk menentukan sifat virus ini. Pentingnya pengurutan, analitik & berbagi data yang cepat saat kita menangani pandemi ini.

Variasi hibrida diciptakan oleh proses yang dikenal sebagai rekombinasi, yang terjadi ketika dua varian virus menginfeksi pasien pada saat yang sama dan bertukar materi genetik untuk menghasilkan keturunan baru. Untuk mengenalinya, tentu diharuskan tes PCR dan antigen. 

Bicara soal tes COVID-19, Saber Chowdhury, anggota Business Leader Caucus, memaparkan studi kasus Kampala Principles di Bangladesh, yang berfokus pada triase dan tempat test COVIDA-19 inovatif di Dhaka. Tempat pengecakan yang menawarkan tes COVID-19 dengan harga terjangkau untuk masyarakat berpendapat rendah, merupakan kolaborasi antara social enterprise Digital Healthcare Solutions (DH), yayasan Institute for Developing Science and Health Initiatives (ideSHI), dan rumah sakit publik, Mugda Medical College & Hospital di Dhaka. 

“Studi Kasus Bangladesh merupakan bukti yang kuat [dalam kerja sama pembangunan]. Ketika kami meninjau keberhasilan usaha ini, kami menyadari relevansi dan pentingnya Kampala Principles," menurut Chowdhury dalam sebuah diskusi virtual berjudul “Kampala Principles di Indonesia", dikutip dari keterangan pers UNDP Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Norimasa Shimomura, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, menekankan pentingnya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan peran vital sektor swasta dalam pencapaian tujuan tersebut. Hal itu sejalan dengan maksud Chowdhury, di mana perlu kolaborasi untuk bisa menciptakan fasilitas tes COVID dengan harga terjangkau bagi semua masyarakat.

“Walaupun SDGs tidak dapat dicapai tanpa kontribusi aktif dari sektor swasta, begitu pula sebaliknya, sektor swasta tidak dapat meneruskan praktik bisnisnya tanpa SDGs, di mana SDGs dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk bisnis yang berkelanjutan,” ucap Norimasa. 

Priyanto Rohmatullah, Koordinator Kerja Sama Pembangunan Global di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengatakan bahwa pemerintah Indonesia mendukung keterlibatan sektor swasta dalam kerja sama pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). 

Sementara itu, Steve Tipman, Presiden dan CEO Trade Facilitation Office Kanada, mengatakan Kanada telah menggunakan Kampala Principles ketika bekerja sama dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia. 

“Kita harus mendukung keterlibatan sektor swasta di tingkat lokal. Keberlanjutan terjadi ketika ada transfer ilmu pengetahuan. (Ini) untuk mencari solusi dan mendukung wilayah-wilayah yang paling rentan”, ucap Tipman. 

Hal serupa dikatakan oleh Yaya. W. Junardy, Presiden Indonesia Global Compact Network (IGCN) dengan mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencari cara bagaimana bisnis dapat mengembangkan bisnis dan di saat yang bersamaan memberdayakan komunitas untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di sektor pendidikan, kemiskinan, dan isu lainnya dalam pembangunan berkelanjutan. 

“Kita memiliki 3P – people, planet, prosperity. Dengan adanya SDGs, sekarang kita beranjak ke 5Ps – people, planet, prosperity, peace and partnership” tutur Junardy. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya