Waspada, Penyakit Dermatitis Atopik Serang Anak Sejak 2 Bulan
- Pixabay/ joffi
VIVA – Beberapa tahun terakhir Indonesia dihebohkan dengan adanya kasus dermatitis atopik pada anak-anak. Prevalensi salah satu jenis penyakit eksim itu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penelitian oleh Soegiarto et al, tahun 2019, melaporkan bahwa morbiditas penyakit alergi pada anak sekolah di kota metropolitan di Indonesia memiliki pola yang sama dengan negara berkembang lainnya.
Penelitian tersebut melibatkan 499 anak dan remaja dari sekolah dan universitas di 5 kota. Dilaporkan 278 subjek setidaknya memiliki satu manifestasi penyakit alergi, di mana kasus dermatitis atopik ditemukan sebesar 1,8 persen.
Urtikaria dan rhinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kasus dibandingkan tahun 1998.
Dermatitis atopik dapat menyerang segala usia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orangtua di umur emasnya. Gejala eksim pada bayi umumnya pertama kali muncul saat usia 2 sampai 3 bulan, pada anak kecil biasanya muncul di usia 2 tahun hingga masa pubertas.
Dermatitis atopik adalah kondisi peradangan kulit yang kronis dan kambuh. Anak-anak dengan dermatitis atopik sering mengalami disfungsi pelindung kulit yang menyebabkan kulit kering, gatal, bersisik, bergelombang, merah dan atau bengkak. Jika terjadi goresan kronis, kulit menjadi menebal dan atau mengeras.
Penyakit yang juga dikenal sebagai eksim kering ini bisa terus kambuh hingga dewasa, meski bagi sebagian anak gejalanya dapat membaik atau bahkan hilang. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tapi perawatan yang tepat bisa membantu mengendalikan dan meringankan gejalanya.
Bagi sebagian orang yang mengalami kondisi kulit atopik, mengunjungi dan berobat ke dokter kulit ternyata belum jadi prioritas. Meski rasa gatal sudah tak tertahankan dan permukaan kulit sudah berubah total, tetap saja ada beberapa orang yang merasa enggan untuk meminta bantuan kepada dokter spesialis kulit.
Banyak faktor yang menyebabkan orang dengan penyakit kulit enggan berkunjung ke dokter spesialis kulit, seperti kurangnya pengetahuan mengenai penyakit kulit, kondisi pandemi yang menyebabkan orang takut ke rumah sakit, keterbatasan waktu dan biaya, dan masih banyak lagi.
Berangkat dari adanya isu ini, ERHA beranggapan bahwa setiap orang berhak memiliki kulit sehat, sehingga mendorong mereka memberikan solusi kulit menyeluruh baik untuk aesthetic atau cosmetic dermatology maupun general dermatology.
Direktur ERHA, Noviana Supit, mengatakan ERHA sudah berdiri lebih dari 22 tahun di Indonesia, sehingga mereka memiliki dokter spesialis kulit yang berpengalaman, alat medis yang lengkap, dan memiliki kemampuan untuk memberikan solusi menyeluruh untuk kesehatan kulit.
"Sehingga di tahun ini kami meluncurkan brand lini baru yang dapat mempermudah akses masyarakat untuk menyelesaikan seluruh masalah kulitnya. Kami berkomitmen untuk hadir menyediakan segala informasi mengenai kulit dan solusi menyeluruh juga menciptakan pengalaman yang aman dan nyaman dalam praktiknya," ujar Noviana dalam keterangannya, Jumat 11 Maret 2022.
Noviana menambahkan, dengan adanya solusi General Dermatology melalui lini baru ERHA Ultimate Atopy Cure dan ERHA Ultimate Skin Health, mereka ingin kekhawatiran mengenai kesehatan kulit dapat tertangani dengan baik, begitu pula dalam mendapatkan kulit indah secara estetis.
"ERHA Ultimate Atopy Cure, Atopy Solution for All, merupakan lini yang akan fokus menyelesaikan masalah dermatitis atopik untuk tiga kategori yaitu Baby and Children Atopic Dermatitis, Adult Atopic Dermatitis dan Geriatric Atopy Dermatitis solusi untuk kulit sehat di usia emas," kata dia.
"Sementara ERHA Ultimate Skin Health, A to Z Skin, All in, dengan tiga kategori yaitu Skin Tumor untuk penanganan menjinakkan sel kulit tumbuh dengan tepat, Wound Healing solusi untuk hilangkan bekas luka agar tetap percaya diri, dan Skin Infection solusi kulit sehat untuk semua jenis kulit yang terinfeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi virus, maupun kulit yang terinfestasi parasit," imbuh Noviana Supit.