Sering Konsumsi Minuman Manis Picu Ginjal Rusak, Kok Bisa?
- U-Report
VIVA – Gangguan pada ginjal dan diabetes rupanya berkaitan sangat erat, namun sangat sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Apalagi, beberapa kebiasaan dan pola makan, tanpa disadari dapat mencetuskan masalah pada ginjal hingga berakibat fatal.
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia/Pernefri dr. Aida Lydia, PhD, SpPD-KGH dalam rangka Hari Ginjal Sedunia di webinar yang diselenggarakan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), menyebutkan bahwa kondisi pre-diabetes seharusnya menjadi alarm dini. Ini ditandai dengan tinggi gula darah dalam rentang 100-125.
"Pre diabetes harus menjadi perhatian karena suatu saat jadi diabetes dan harus hati-hati dengan pola makan," tuturnya, dikutip dari keterangan pers Etana.
Dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terbukti salah satu kebiasaan mengonsumsi minuman manis dapat mencetuskan diabetes. Dokter Aida menyampaikan bahwa berdasarkan data tersebut, masyarakat di kota besar seperti Jakarta, kerap terpapar makanan cepat saji dan minuman instan.
"Terutama di Jakarta, banyak fast food dan minuman instan yang disukai anak remaja. Banyak jajanan manis di sekolah juga. Rata-rata konsumsinya juga sering. Ada yang lebih dari satu kali sehari, menurut survey sekitar 1-6 kali per minggu. Minuman saset juga banyak dijumpai, apa itu kopi atau cokelat," tuturnya.
Bukan tanpa alasan, dokter Aida mengingatkan bahwa kebiasaan itu dapat memicu diabetes yang menjadi faktor risiko gangguan ginjal. Selain diabetes, faktor lainnya yang juga mencetuskan gangguan ginjal adalah obesitas, di mana juga berkaitan erat dengan pola makan makanan cepat saji dan minuman manis.
"Ginjal ada filtrasi yang membuat urin bersamaan keluarnya toksin. Nefron salah satu filtrasinya. Darah masuk ke ginjal, di-filter dan keluar urin dan dialirkan ke saluran kemih. Kadar gula tinggi maka akan rusak sel-sel filter tadi," ujarnya.
Dari data global satu dari sepuluh orang didunia mengalami penyakit ginjal, dan rata-rata mereka tidak mengetahui kalau memiliki penyakit ginjal. Mereka baru menyadari dirinya mengalami penyakit ginjal ketika fungsi ginjal sudah menurun jauh, sudah mendekati atau mencapai stadium akhir.
"Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) akan mengalami banyak komplikasi salah satunya adalah anemia. Hampir 80% pasien dialysis memiliki Hb < 10 g/dL hal ini dikarenakan belum mendapatkan pengobatan anemia dengan baik. Hal ini menjadi tantangan bagi kita semua agar komplikasi anemia ini bisa diatasi dengan baik, paling tidak bisa mendapatkan Hb yang baik antara 10 - 11,5 g/dL," kata dia.
Ada pun jenis gangguan ginjal terbagi menjadi dua yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik (PGK). Untuk gangguan ginjal akut biasanya gangguan ginjal berlangsung mendadak (dalam jam-hari) dan fungsi ginjal dapat pulih bila segera diatasi. Sedangkan PGK biasanya gangguan ginjal sudah berlangsung lama (lebih dari 3 bulan) dan fungsi ginjal tidak dapat pulih, disini kita harus bisa mencegah jangan sampai menjadi gagal ginjal.
Pada kondisi gagal ginjal, ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik sehingga perlu diatas dengan terapi pengganti ginjal (kidney replacement therapy). Untuk mencegahnya, hal paling sederhana adalah dengan edukasi secara tepat seperti Etana yang juga melakukan webinar awam bekerja sama dengan 100 Rumah Sakit yang tersebar di Indonesia dengan target peserta pasien hemodialisa, keluarga pasien, tenaga Kesehatan dan dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi.
"Kami percaya melalui edukasi-edukasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya pasien hemodialisa dalam meningkatkan kualitas hidup untuk menjaga dan melindungi kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan bangsa. Kami berharap dapat terus bersinergi dengan berbagai pihak dalam memberikan edukasi dan berkontribusi untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan untuk kesehatan ginjal yang lebih baik," kata Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia, Nathan Tirtana.