Habis Vaksin Booster Malah Positif COVID-19, Kenapa?

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Pexels/Maksim Goncharenok

VIVA – Pemerintah diketahui saat ini tengah menjalankan program vaksinasi booster terutama untuk masyarakat lanjut usia dan mereka yang memiliki komorbid. Pemberian vaksin booster ini dilakukan untuk membentuk kembali antibodi dan memperpanjang perlindungan. Mengingat seiring berjalannya waktu, efektivitas vaksin dosis 1 bisa melemah, sehingga perlindungan terhadap virus pun menurun.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Namun, beberapa orang yang telah menerima vaksin booster melaporkan dirinya terkonfirmasi positif COVID-19, 2 hingga 3 hari vaksinasi. Bahkan, ada yang kemudian menularkan virus tersebut kepada anaknya.

Apakah hasil tes positif COVID-19 orang yang telah menerima booster tersebut bisa keliru dengan hasil KIPI? Mengingat vaksin sendiri terbuat dari platform virus COVID-19?

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis RS Pondok Indah, Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M. Trop.Paed menjelaskan bahwa saat ini vaksin booster tidak ada yang dibuat dari platform virus hidup. Vaksin saat ini dibuat dari virus yang telah dimatikan atau berbasis mRNA.

"Kita tahu bahwa sekarang vaksin booster tidak ada platform virus hidup, jadi semuanya kalau tidak inactivated atau dimatikan si virusnya, kalau tidak cuman partikel mRNA atau cuma spike-nya aja. Jadi tidak ada platform vaksin di dunia yang saat ini yang bisa sebabkan COVID karena tidak ada virusnya, kalau ada virus virusnya sudah dimatikan," kata Prof Hindira pada virtual conference, Kamis 10 Maret 2022.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Prof Hindira menjelaskan lebih lanjut, jika seseorang yang telah mendapatkan vaksin dan kemudian dinyatakan positif COVID-19 artinya orang tersebut sudah terpapar virus COVID-19 sebelum mendapatkan vaksin booster COVID-19.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

"Artinya dia terkena terpapar virus COVID-19 masa inkubasinya 3 hari. Kalau paling singkat Omicron artinya pada waktu divaksin dia terpapar virus covid, setelah divaksin, kekebalan belum terbentuk dia sudah sakit. Anaknya terkena covid, anaknya ketularan ibunya bukan dari vaksin, apalagi yang divaksin ibunya," kata Prof Hindra menjelaskan.

Dia menambahkan bahwa seseorang yang divaksin COVID-19 sendiri tidak akan menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan PCR.

"Jadi kalau dia terpapar virus dan virusnya menyebabkan infeksi dia positif. Jadi kalau vaksin COVID itu antibodi, kalau positif COVID itu pemeriksaannya antigen atau partikel kuman, jadi enggak bisa keliru kalau positif itu gara-gara virus COVID bukan gara-gara vaksin. Kalau vaksin yang bikin positifnya antibodi itu terbentuk dua minggu setelah disuntik, gak mungkin keliru. Memang yang disuntik virus yang datang dari orang lain bukan gara-gara vaksin," kata Prof. Hindra.

Ilustrasi kasus demam berdarah dengue (DBD)

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Menurut studi yang dimuat dalam The New England Journal of Medicine, vaksin DBD dapat mencegah infeksi demam berdarah hingga 80,2 persen.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024