Studi Ungkap Tubuh Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker
- Pixabay/qimono
VIVA – Sejumlah pakar memberi peringatan untuk para orang dewasa yang tubuhnya tinggi karena berisiko lebih besar terkena kanker.
Gejala utama dari kanker kolorektal adalah perubahan dalam kebiasaan ke toilet. Namun, riset baru menemukan bahwa tinggi badan bisa juga menjadi faktor risiko.
Kanker di usus besar dikenal dengan kanker kolorektal dan sekitar 34.000 orang didiagnosis dengan kanker itu di Inggris.
Masih belum diketahui apa yang menyebabkan kanker kolorektal, tapi berbagai studi telah menyatakan bahwa frekuensi dari usus besar lebih besar di negara-negara yang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat.
Sebelumnya juga telah ditemukan bahwa konsumsi alkohol yang tinggi, khususnya bir, bisa dikaitkan dengan kanker ini.
Para ahli di John Hopkins Medicine meneliti 47 studi yang menyertakan 280.660 kasus kanker kolorektal dan 14.139 kasus adenoma kolorektal, yaitu tumor kelenjar dari kolon dan rektum.
Mereka juga meneliti data dari 1.459 orang yang menjalani kolonoskopi. Ini, kata mereka, untuk membantu mengeksplorasi hubungan antara kanker dan bakteri yang tersangkut di dinding usus besar, yang disebut dengan biofilm.
Setelah menganalisis datanya, mereka menemukan bahwa secara keseluruhan, orang-orang yang paling tinggi memiliki risiko 24 persen lebih tinggi mengalami kanker kolorektal dibanding yang bertubuh pendek.
Para pakar mengatakan bahwa setiap 10cm peningkatan, ada 14 persen peningkatan risiko perkembangan kanker kolorektal dan 6 persen peningkatan peluang mengalami adenoma.
Penulis studi mengatakan bahwa menjadi tinggi adalah faktor risiko yang terabaikan ketika membicarakan kanker kolorektal.
Profesor asosiasi di divisi gastroenterologi dan hepatologi di John Hopkins Medicine, Profesor Gerard Mullin mengatakan, tinggi badan harusnya dipertimbangkan saat mengevaluasi dan merekomendasikan pasien saat skrining kanker kolorektal.
Studi tersebut juga menyesuaikan untuk memastikan risiko lain dipertimbangkan. Indikator kesehatan lainnya juga dimasukkan seperti riwayat keluarga dari kanker kolorektal, penyakit peradangan usus, merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi.
"Kewaspadaan yang tinggi dari publik dan pemerintah akan membantu mempromosikan minat yang lebih besar dan pendanaan riset lebih banyak, yang pada akhirnya akan mengubah panduan bagi dokter untuk mempertimbangkannya sebagai risiko kanker," kata Prof Mullen dikutip laman The Sun.
Meski demikian, para peneliti menambahkan bahwa studi lebih banyak butuh dilakukan untuk mengatakan berapa tinggi yang dibutuhkan yang memenuhi syarat untuk skrining kanker kolorektal.