Begini Penanganan Kasus Pembuluh Darah Jantung Kompleks

Ilustrasi dokter/tenaga kesehatan.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2016 lalu, terdapat 17,6 juta kematian akibat sakit jantung di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular sendiri merupakan sekumpulan gangguan jantung, salah satunya adalah penyakit jantung koroner (PJK). 

PJK disebabkan oleh adanya penyumbatan di pembuluh arteri koroner. Pembuluh arteri koroner menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan tersebut dinamakan aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.

Untuk penanganannya sendiri, dibutuhkan tindakan untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner sehingga aliran darah ke jantung kembali normal. Caranya adalah dengan pemasangan balon dan stent. Namun, ternyata ada kondisi di mana sumbatan pembuluh darah tersebut tidak bisa dibuka hanya dengan balon dan stent, sehingga membutuhkan tindakan lain untuk mengikis sumbatan sebelum dilakukan pemasangan stent. 

Tindakan ini disebut Rotational Atherectomy, yang merupakan prosedur untuk mengikis plak yang menyumbat pembuluh darah menggunakan Rotablator.

Ilustrasi penyakit jantung.

Photo :
  • U-Report

“Prosedur dengan menggunakan rotablator ini terutama digunakan untuk jenis sumbatan di mana balon atau stent konvensional tidak dapat dimasukan untuk membuka sumbatan," ujar dr. Achmad Sunarya Soerianata, Sp.JP(K),FIHA dalam keterangannya, Selasa, 8 Maret 2022.

Menurutnya, indikasinya adalah apabila sumbatan mengeras akibat mengalami kalsifikasi, sumbatan yang panjang, kaku, sumbatan terletak pada lokasi percabangan besar, dan apabila sumbatan bersifat total kronik. 

"Setelah sumbatan dikikis dengan alat rotablator, maka selanjutnya stent dapat masuk dan dipasang untuk membuka dan mengembalikan aliran darah normal ke jantung," tambahnya.

Selain itu, dalam membantu diagnosa dan terapi pada kasus penyempitan pembuluh darah, IVUS atau Ultrasonografi intravaskular dapat digunakan untuk melihat gambaran bagian dalam pembuluh darah. IVUS digunakan bersamaan dengan prosedur kateterisasi untuk membantu mendiagnosis penyakit jantung koroner. Informasi dari IVUS sangat membantu dalam menentukan terapi, seperti ukuran stent dan penempatan stent yang tepat.

Ilustrasi jantung.

Photo :
  • U-Report

Namun, jika karena indikasi medis tertentu, tindakan intervensi tidak dapat dilakukan maka terapi yang dilakukan adalah bedah pintas arteri koroner/coronary artery bypass graft (CABG) baik secara open surgery maupun minimal invasive surgery. 

“Beberapa indikasi medis membuat pasien justru lebih aman dan lebih baik hasilnya untuk jangka panjang jika langsung dilakukan prosedur CABG. Pada intinya prosedur apa pun yang dilakukan dalam penanganan penyakit jantung koroner pastinya disesuaikan dengan diagnosa dan kondisi pasien," ucap dr. Achmad Faisal, SpBTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Aritmia

ilustrasi sakit jantung

Photo :
  • U-Report

Tidak hanya kasus penyakit jantung koroner, kasus gangguan irama jantung atau aritmia juga harus mendapat penanganan yang tepat.

Aritmia adalah gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang mengatur denyut jantung sehingga denyut jantung menjadi lebih lambat, lebih cepat atau tidak beraturan mengakibatkan gangguan supply darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lainnya. 

“Pemasangan pacemaker dan tindakan ablasi jantung merupakan terapi yang dilakukan untuk kasus aritmia dengan tujuan mengembalikan denyut jantung normal. Terapi tergantung pada jenis aritmia yang dialami pasien," kata DR. dr. Pudjo Rahasto, SpJP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan dari Mayapada Hospital Tangerang.

Penyakit jantung bawaan

Ilustrasi jantung.

Photo :
  • Pixabay

Selain berbagai kasus jantung dewasa, penanganan penyakit jantung bawaan pun seringkali membutuhkan perawatan sepanjang hidup mereka, dan oleh karena itu memerlukan keahlian dan pemantauan dari dokter spesialis jantung yang khusus menangani jantung anak dan bawaan. Pemantauan pun diperlukan mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. 

“Ini karena seseorang dengan penyakit jantung bawaan yang kompleks dapat berkembang menjadi masalah jantung yang lebih serius. Penyakit jantung bawaan seringkali membutuhkan penanganan hingga operasi bedah jantung untuk memperbaiki fungsi jantung dan kualitas hidup pasien,” dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Pediatrik dan Kongenital dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Pentingnya skrining

Angka Kematian Penyakit Jantung di Indonesia Capai 650 Ribu, Dokter Ungkap Pemicu Utama Hipertensi

Ilustrasi diagnosa dokter.

Photo :
  • U-Report

dr. Bayu Arif Permana, SpJP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Mayapada Hospital Bogor pun menekankan pentingnya skrining jatung secara berkala untuk menghindari serangan jantung dan penyakit jantung lainnya karena terjadinya sumbatan pada pembuluh arteri koroner. Terlebih, bagi mereka yang memiliki faktor risikonya.

Zaidul Akbar Tak Larang Makan Gorengan: Kalau Bikin Anda Bahagia, Makanlah!

“Untuk itu perlu ditekankan mengenai pentingnya skrining jantung secara berkala, khususnya bagi Anda yang memiliki faktor risiko, seperti usia lebih dari 40 tahun, memiliki hipertensi, hiperkolesterol, diabetes, merokok, obesitas, memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau stroke," ucap Bayu.

Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari EKG untuk melihat irama jantung, treadmill untuk melihat irama jantung saat sedang beraktivitas, Echocardiography untuk melihat struktur dan fungsi jantung, hingga CT scan jantung dengan kontras untuk melihat gambaran pembuluh darah dengan lebih detail, sehingga adanya sumbatan pembuluh darah dapat diketahui sejak dini.

Pasien Jantung di RS Bertambah Setiap Tahun, Ini Jenis Penyakitnya yang Wajib Diwaspadai
ilustrasi perut rata, perut buncit, diet

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Dijelaskan, dr. Todung, diet autofagi sendiri adalah diet dengan dua kali makan dalam satu hari yakni pada pukul 12.00 dan pukul 18.00.

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024