18 Juta Vaksin COVID-19 Kedaluwarsa Februari 2022, Ini Kata Kemenkes

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Pexels/Maksim Goncharenok

VIVA – Sebanyak 18 juta vaksin COVID-19 di Tanah Air, disebut-sebut berpotensi kedaluwarsa pada 28 Februari 2022 kemarin. Benarkah? 

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, turut menanggapi isu ini. Dia pun tak menampik bahwa stok vaksin di Tanah Air berpotensi expired

"Jadi ini sebenarnya upaya pemerintah untuk mengoptimalkan lagi vaksinasi. Jadi kita mengidentifikasi ada 18 juta vaksin yang expired, upaya-upaya percepatan itu sudah kita lakukan. Salah satunya menggandeng TNI dan Polri dalam kegiatan Serbu Vaksin," ujarnya saat Press Conference yang digelar virtual, Selasa 1 Maret 2022. 

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

Nadia menambahkan, upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan validasi terhadap stok vaksin yang berpotensi kedaluwarsa itu. 

"Yang kedua kita melakukan validasi terhadap stok vaksin. Karena 18 juta stok vaksin ini tercatat di sistem pusat, tapi ternyata banyak daerah yang belum meng-update data tersebut," terang dia. 

Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

Lebih lanjut Nadia menyampaikan, hingga kini pihaknya masih dalam proses untuk mengecek dan memvalidasi vaksin yang disebut expired tersebut.

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • Freepik/wirestock

"Saat ini kita sedang dalam proses rasanya tidak akan sampai 18 juta, karena sudah banyak juga vaksinasi yang sudah kita lakukan dalam percepatan ini dan juga ternyata banyak Kabupaten Kota yang sudah meng-update data terkait vaksin yang akan expired ini," paparnya.

Selain itu menurut Nadia, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah melakukan kajian terhadap beberapa jenis vaksin yang beredar.

"Badan POM (BPOM) melakukan kajian baru bahwa ada beberapa jenis vaksin, terutama AstraZeneca yang masa edarnya sudah ditambah, karena memang sudah ada data-data. Jadi kemungkinan tidak akan sampai 18 juta," ungkap dr. Siti Nadia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya