Positivity Rate Kasus Omicron Indonesia Melandai
- pexels/Edward Jenner
VIVA – Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, dalam satu minggu terakhir angka positivity rate secara nasional mulai melandai. Pada periode 22-28 Februari, positivity rate nasional berada di angka 18,2 persen.
Sementara itu, positivity rate di sejumlah daerah juga menunjukkan tren penurunan. Positivity rate DKI Jakarta yang sempat di posisi 23,8 persen pada periode 8-14 Februari lalu, kini turun menjadi 15,9 persen pada periode 22-28 Februari. Begitu juga dengan Banten yang sempat mencatat positivity rate 27,4 persen pada 8-14 Februari lalu, kini menjadi 21,6 persen pada periode 22-28 Februari. Bali dari 22,3 persen turun menjadi 11,5 persen, DKI Jakarta sempat pada 23 persen turun menjadi 15,9 persen.
“Jadi beberapa minggu ini, terutama di Jawa Bali yang merupakan penyumbang kasus 60 sampai 70 persen kasus konfirmasi nasional, terlihat penurunan angka positivity rate nya,” ucap dr. Siti Nadia Tarmizi M.Eid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes.
Selain positivity rate yang turun, kondisi hospitalisasi harian rumah sakit nasional masih stabil. Hingga hari Selasa 22 Februari 2022, angka bed occupancy ratio (BOR) nasional masih di angka 38 persen, sama seperti posisi hari sebelumnya.
“Meski begitu, semua daerah belum pernah mencapai tingkat perawatan pasien seperti saat puncak Delta tahun 2021. Angka tempat tidur isolasi dan intensif untuk perawatan COVID-19 masih di angka 38 persen, masih sama seperti kapasitas Senin 21 Februari ,” lanjut Nadia.
Terkait dengan perawatan pasien di rumah sakit, hingga Sabtu 19 Februari 2022, jumlah kumulatif pasien yang dirawat di masa dominasi varian Omicron sejumlah 123.905 pasien. Dari total pasien yang dirawat, sebagian besar merupakan pasien dengan gejala ringan dan tidak bergejala (OTG), masing-masing sebesar 39 persen dan 32 persen.
“Dengan menjalankan strategi isolasi mandiri serta dukungan pelayanan telemedisin, kita bisa meringankan beban rumah sakit dan tenaga kesehatan kita secara efektif hingga 71 persen. Tempat tidur isolasi dan intensif di rumah sakit pun harus efektif digunakan hanya untuk perawatan pasien bergejala sedang hingga kritis. Tempat tidur isolasi dan intensif untuk merawat pasien sedang hingga kritis ini baru terisi sekitar 29 persen dari alokasi yang ada saat ini,” ujar dr. Nadia.
Perlu diketahui juga bahwa kondisi tempat tidur isolasi dan intensif yang saat ini disediakan pemerintah belum sebanyak seperti kasus gelombang Delta tahun lalu, yang bisa diperluas hingga 150 ribu tempat tidur isolasi dan intensif.
Namun, pencegahan tidak hanya dilakukan melalui proses perawatan pasien terinfeksi COVID-19. Harapan pemerintah, vaksinasi bisa berkontribusi besar untuk mencegah pasien bergejala berat hingga berisiko kematian akibat infeksi COVID-19. Dari angka kumulatif ini juga, tercatat 2.484 pasien meninggal dunia, serta 73 persen dari pasien yang meninggal belum divaksinasi lengkap.
Berdasarkan data, 17.871 pasien yang dirawat sejak 21 Januari-19 Februari 2022 lalu, kematian meningkat pada kelompok lansia, komorbid, dan belum melengkapi vaksinasi.
“Vaksinasi lengkap memberikan perlindungan hingga 67 persen dari kematian, bahkan hingga 91 persen perlindungan bagi yang telah melakukan vaksinasi booster. Oleh sebab itu, pemerintah terus mempercepat laju vaksinasi bekerja sama dengan pemerintah daerah, serta instansi-instansi lain, seperti TNI dan Polri mengingat pentingnya vaksinasi,” tutup dr. Nadia.