WHO Lacak Ada 4 Subvarian Omicron yang Berbeda
- Pixabay/mattthewafflecat
VIVA – Dalam sesi tanya jawab baru-baru ini, Pemimpin Teknis COVID-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove, memperingatkan bahwa pandemi masih jauh dari selesai, karena kini muncul subvarian baru, Omicron BA.2.
"Omicron tidak akan menjadi varian terakhir yang akan kami bicarakan. Varian berikutnya yang dikhawatirkan akan lebih menular karena akan menyalip yang beredar saat ini. Pertanyaan besarnya, apakah varian masa depan akan lebih atau kurang parah," ujarnya dilansir Times of India, Minggu, 13 Februari 2022.
Dalam konferensi pers yang ditayangkan secara langsung di media sosial WHO, Maria Kerkhove juga mengatakan, mereka telah melacak empat versi Omicron yang berbeda.
"Kami tahu banyak tentang virus ini, tetapi kami tidak tahu segalanya. Dan sejujurnya, variannya adalah wild card. Jadi kami melacak virus ini secara real time saat bermutasi, saat berubah, tetapi virus ini memiliki banyak ruang untuk bergerak," kata dia.
Apakah lebih menular dan mematikan?
Sama seperti yang sebelumnya, setiap varian COVID-19 yang muncul memiliki sesuatu yang baru. Varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, menjadi varian yang paling dominan di dunia. Tidak hanya menginfeksi jutaan orang dan menyebabkan komplikasi parah, tetapi juga merenggut nyawa banyak orang.
Setahun kemudian di bulan November 2021, varian Omicron terdeteksi di Afrika Selatan dan langsung dinyatakan sebagai Variant of Concern atau varian yang menjadi perhatian. Meski Omicron tidak menyebabkan infeksi parah, varian ini mengandung lebih dari 30 mutasi plus pada protein lonjakan, yang tidak hanya sangat menular tapi juga membantunya lolos dari kekebalan yang diinduksi vaksin.
Terlebih, WHO mengatakan, orang yang pernah menderita COVID-19 di masa lalu, rentan terhadap infeksi ulang, jika mereka kontak dekat dengan pasien Omicron.
Karena itu, meskipun Omicron lebih ringan, varian COVID-19 yang muncul akan terus mendatangkan malapetaka di seluruh dunia. Maka dari itu, Dr. Van Kerkhove memperingatkan kemungkinan adanya varian baru.
"Tidak ada jaminan virus corona akan semakin lemah seiring dengan perkembangannya. Dan sementara dunia mungkin memilih untuk percaya begitu, kita tidak bisa mengandalkannya," ungkap dia.
Vaksinasi harus diprioritaskan
Menurut Kerkhove yang juga seorang ahli epidemiologi, varian berikutnya termasuk Omicron BA.2, dapat dengan mudah mengganggu kekebalan vaksin dan menjadikannya kurang manjur. Namun, dia juga merekomendasikan untuk mengambil intervensi tepat untuk menghentikan penyebaran virus, termasuk melakukan vaksinasi COVID-19.
"Kami berharap dengan intervensi yang tepat, sirkulasi COVID-19 akan rendah. Tetapi bahkan dalam sirkulasi itu, akan ada gejolak di antara orang-orang yang tak terlindungi oleh vaksin atau mereka yang kekebalannya lemah," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, vaksin COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi virus corona yang parah dan meminimalkan rawat inap serta kematian. Jika telah memenuhi syarat untuk booster, segera lakukan karena dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat terhadap varian COVID-19 yang muncul.