Apa Itu Anxiety, Apa Saja Gejalanya, dan Apa Bedanya dengan Depresi?
- bbc
Beberapa orang juga mendapatkan manfaat dari menghindari makanan yang dapat memperburuk gejala, seperti kafein, atau zat psikoaktif yang dapat memiliki efek negatif yang sama, misalnya alkohol.
Selain itu, Silva menyatakan bahwa "untuk meringankan gejala, kami sarankan supaya, bila memungkinkan, menjauh dari kemungkinan pemicu."
"Misalnya, jika pekerjaan merupakan faktor yang secara langsung mengakibatkan kecemasan, kita dapat meminta cuti selama yang diperlukan," tambahnya.
Semua ini mungkin tampak sederhana dan praktis, namun Menezes, dari UFF dan Institut Psikiatri UFRJ, menekankan bahwa masih banyak masalah, hambatan dan tantangan yang terkait dengan gangguan kecemasan ini.
Menurutnya, ada banyak pasien yang tidak terdiagnosis, setengahnya salah didiagnosis, dan hanya sepertiga yang dapat mengakses perawatan yang tepat.
Selain itu, sang psikiater menganggap bahwa situasinya bisa semakin buruk karena, "meskipun sudah ada bukti mengenai efektivitas berbagai intervensi, ada jangka waktu yang cukup lama antara timbulnya gejala dan pencarian perawatan."
Tetapi konsekuensinya tidak terbatas pada kehidupan pasien.
"Ada juga dampak besar pada sistem kesehatan, tidak hanya karena pengeluaran dengan perawatan, tetapi juga karena permintaan yang lebih sering akan tindakan medis untuk gejala fisik yang diakibatkan oleh kecemasan," kata Menezes.
Di Indonesia, isu kesehatan jiwa masih kurang menjadi perhatian, meskipun terjadi tren peningkatan masalah tersebut.
Saat ini, hanya ada 987 dokter ahli jiwa di Indonesia - ini sama dengan satu dokter untuk 250.000 penduduk. Dari jumlah itu, sekitar 60?rada di pulau Jawa, terutama di Jakarta.
Apa bedanya kecemasan dengan depresi?
"Kecemasan dan depresi sama-sama melumpuhkan individu dan sama-sama dianggap sebagai penyakit yang mengurangi kualitas hidup dan kesenangan melakukan kegiatan yang sebelumnya menyenangkan.
Mereka adalah gangguan yang berjalan beriringan, tetapi masing-masing memiliki gejala dan perawatannya sendiri," jelas Silva.
Menurut sang psikiater, perbedaan terbesar adalah kecemasan ditandai dengan ketakutan dan kesedihan yang konstan, sementara depresi biasanya merupakan gangguan di mana orang tersebut merasa tertekan dan kehilangan motivasi atau minat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya menyenangkan.
Secara umum, adanya gangguan kecemasan dianggap sebagai faktor risiko untuk depresi dan sebaliknya. Tapi mengapa?
Menurut sekelompok peneliti psikopatologi (bidang sains yang mempelajari kesehatan mental) dari Universitas Groningen di Belanda, satu gangguan kejiwaan cenderung menghasilkan gejala yang memicu gangguan baru.
"Misalnya, orang yang merasa lesu atau letargik sulit untuk tetap aktif pada siang hari, yang kemudian mengakibatkan kesedihan dan kegelisahan yang lebih besar karena orang tersebut tidak mencapai hal yang ingin mereka lakukan," tulis para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2020.