COVID-19 Omicron Dipicu Musim Pancaroba? Ini Faktanya
- pixabay
VIVA – Tingginya kasus COVID-19 dengan kemunculan varian Omicron yang bersifat sangat menular, menimbulkan dugaan ada kaitan dengan musim pancaroba. Tak sedikit spekulasi yang mengaitkan cuaca yang berubah dengan cepat memicu penularan virus SARS-CoV-2 lebih mudah. Bagaimana faktanya?
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL (K), MARS, menepis spekulasi yang beredar terkait musim pancaroba dan tingginya kasus COVID-19. Menurut Prof Kadir, virus tak mengenal musim apa pun untuk bisa menginfeksi tubuh manusia.
"Tidak kenal musim. Yang jelas, selama masih pandemi maka virus ada, apakah musim hujan, panas, tetap harus hati-hati," ujar Prof Kadir dalam acara virtual Kemenkes, Kamis, 10 Februari 2022.
Dijelaskan Prof Kadir, puncak kasus COVID-19 dengan didominasi varian Omicron saat ini, perlu diwaspadai terjadi pada 2-3 minggu mendatang. Jumlah kasusnya pun, kata prof Kadir, diprediksi akan meningkat besar-besaran melebihi varian Delta.
"2-3 minggu ke depan peaknya (puncaknya). Maka kita semua harus waspadai untuk terjadinya peningkatan jumlah kasus yang besar. COVID-19 peningkatan kasus begitu drastis, mungkin 5 kali lipat dari Delta," imbuhnya.
Meski begitu, Prof Kadir menuturkan bahwa gejala varian Omicron jauh lebih ringan dibanding Delta. Bahkan, tak sedikit yang terinfeksi dengan tanpa gejala. Atas dasar itu, pasien yang mengalami kesakitan di rumah sakit pun lebih rendah dibanding saat gelombang kedua.
"Rata-rata omicron gejalanya, kadang tanpa gejala sampai ringan. Delta masuk RS banyak karena klinisnya berat. Kita harus waspada meski gejala ringan, tapi itu bisa berbahaya pada lansia, termasuk komorbid, dan yang belum divaksin, dan anak-anak," pungkasnya.