Pakar Ungkap 3 Kelompok Rentan Meninggal Akibat Omicron
- pexels/Edward Jenner
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti angka kematian akibat COVID-19 varian Omicron yang sudah mencapai 500 ribu jiwa. Meski banyak keluhan pasien dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, namun tingginya angka kematian itu patut disorot.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL (K), MARS, mengatakan kematian akibat Omicron bisa terjadi, khususnya pada kelompok rentan. Ada pun tiga kelompok rentan yang dimaksud adalah usia lanjut (lansia), memiliki komorbid, dan belum vaksinasi.
"(Rentan meninggal) lansia, yang belum vaksin, dan punya komorbid. Makanya rawan (omicron) pada yang belum divaksinasi. Diimbau berlomba-lomba untuk vaksinasi karena terbukti membentengi dari kondisi berat," ujar Prof Kadir dalam acara virtual Kemenkes, Kamis, 10 Februari 2022.
Pada lansia, kata Prof Kadir, rata-rata meninggal karena memang usianya sudah rentan terpapar penyakit akibat penurunan imunitas. Selain itu, lansia yang meninggal biasanya memiliki komorbid seperti kanker hingga diabetes.
"Komorbid misalnya kanker, diabetes, hipertensi ini menyebabkan meninggal. Pada lansia dan komorbid, lebih baik di rumah karena kalau terpapar bisa rentan kematian atau kondisi kritis," imbuhnya.
Pada yang belum divaksinasi, Prof Kadir juga mengingatkan agar usia anak-anak perlu waspadai penularan Omicron. Bila anak-anak positif Omicron, dianjurkan konsultasi ke dokter karena gejalanya berbeda-beda.
Senada, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., menyampaikan bahwa pada kasus kematian Omicron, terbukti 60 persennya belum vaksin. Di antaranya ada yang kombinasi belum vaksinasi dan memiliki komorbid.
"Ada yang sudah vaksin 1 kali dan punya komorbid berat. Pola-pola pada pasien meninggal, karena kasus-kasus belum vaksin atau komorbid tidak terkendali. Sekarang memang naik kasus, tapi waktu Delta kematian 2000 per hari. Sekarang naik 50 kematian per hari. Walau ada kenaikan, tapi jumlah kematian jauh lebih kecil dari Delta. Tapi kita tetap waspada," imbau dokter Nadia.