Kasus COVID-19 Omicron Lampaui Delta, Kemenkes: Angka Kesakitan Rendah
- Freepik
VIVA – Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., mengatakan bahwa penambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 perlu diwaspadai. Kendati begitu, angka kesakitan dan kematian pada gelombang ketiga ini dinilai lebih rendah dibanding tahun 2021 lalu.
Dokter Nadia mengumumkan bahwa per hari ini, 10 Februari 2022, terjadi penambahan kasus positif hingga 40.618. Diakuinya, penambahan kasus tersebut lebih rendah dibandingkan 9 Februari 2022 yang mencapai angka 47 ribu.
"Per hari ini akan ada 40 ribu kasus baru. Lebih rendah dibanding kasus kemarin. Hari ini ada 40 ribu kasus positif," ujar Nadia dalam acara konferensi pers daring Kemenkes, Kamis, 10 Februari 2022.
Berdasarkan data, dokter Nadia menyampaikan memang terlihat ada peningkatan bed occupacy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit. Hal itu memang beriringan dengan sifat Omicron yang sangat menular, meski angka kesakitan sebenarnya jauh dibanding varian Delta saat gelombang kedua COVID-19 di pertengahan tahun 2021.
"Kalau tingkat BOR ada peningkatan seiring jumlah kasus positif. Memang peningkatan lebih cepat dibanding Delta. Delta untuk capai 56 ribu butuh 3 minggu. Kalau varian Omicron, saat ini sempat 47 ribu, walau sekarang turun dikit 40 ribu. Kecepatan penularan, harus jadi perhatian kita bahwa varian Omicron sangat menular walau angka kesakitan dan kematian jauh lebih rendah," imbuhnya.
Ada pun pada gelombang kedua, dokter Nadia mengingatkan bahwa angka kematian bisa mencapai 2.000 kasus per hari. Angka itu jauh berbeda dibanding saat ini pada varian Omicron.
"Sekarang memang naik kasus tapi waktu Delta kematian 2.000 per hari. Sekarang naik 50 per hari. Walau ada kenaikan, tapi jumlah kematian jauh lebih kecil dari Delta. Tapi kita tetap waspada," imbau Nadia.
Dokter Nadia kembali mengingatkan bahwa jumlah kasus di pulau Jawa dan Bali sudah melampaui puncak kasus pada gelombang kedua saat varian Delta mendominasi. Untuk itu, masyarakat diminta waspadai puncak kasus Omicron terjadi di akhir Februari atau awal Maret 2022.
"Jawa-Bali sudah lampaui puncak kasus Delta. Tren peningkatan di akhir Februari atau awal Maret jadi puncak kasus Omicron 3-6 kali lebih tinggii dari Delta," pungkasnya.