Penyakit GERD Bisa Disembuhkan, Begini Caranya
- Freepik/katemangostar
VIVA – Secara global, prevalensi penyakit Gastro Esophageal Reflux Disease atau GERD adalah 8-33 persen untuk semua umur dan jenis kelamin. Sementara prevalensi GERD di tiap negara berbeda-beda.
Misalnya, di Asia Selatan dan Eropa Selatan prevalensinya mencapai lebih dari 25 persen, 18-27 persen di Amerika Utara, dan kurang dari 10 persen di Asia Timur, Asia Tenggara, Kanada, dan Prancis.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan, prevalensi GERD pada penduduk perkotaan adalah 9,35 persen. Namun, menurut survei online yang dilakukan dengan mengisi GERD-Quesionnaire (GERD-Q) yang melibatkan 2.045 responden menunjukkan 57,6 persen dari mereka telah menderita GERD.
Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, memaparkan, penatalaksanaan yang paling penting dari GERD adalah dengan mencegah terjadinya kekambuhan.
"Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari," ujarnya saat Media Breafing yang digelar virtual, Kamis, 10 Februari 2022.
Prof. Ari menambahkan, pada umumnya penderita GERD akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, di antaranya memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.
"Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien," kata dia.
Selanjunya, kata Ari, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi. Yaitu, endoskopi saluran cerna untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi pra kanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia.
"Pemeriksaan lanjutan jika dibutuhkan berupa pemeriksaan pHmetri impedans dan manometri atau pemeriksaan radiologi sesuai indikasi. Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, dokter akan menarik kesimpulan apakah telah terjadi iritasi dan peradangan pada esofagus yang merupakan penanda utama dari GERD," tuturnya.
Ari lebih lanjut mengungkapkan, penyakit GERD sebenarnya dapat disembuhkan.
"Yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya," ungkap dia.
Untuk meredakan gejala GERD, menurut Ari, dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat seperti antasida untuk menetralkan asam lambung dan produksi asam lambung ditekan dengan pemberian obat golongan antagonis H2 reseptor atau penghambat pompa proton (PPI).
"Pada kondisi tertentu di mana GERD tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan untuk dilakukan pembedahan. Sedangkan untuk gastritis dan tukak lambung yang disebabkan oleh H. pylori (Helicobacter pylori), pengobatannya yaitu dengan eradikasi atau membunuh kuman tersebut dengan menggunakan kombinasi antara antibiotik dan penekan asam lambung,” jelasnya.
Namun, Ari memaparkan, dengan pemberian obat-obatan selama ini, sebetulnya masih ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam terapi GERD. Contohnya dengan obat PPI, masih dijumpai pasien dengan kekambuhan yang tidak mempan dengan PPI, asam lambung yang naik pada malam hari, esofagitis yang advanced, dan lain-lain.
Sedangkan untuk H.Pylori, tingkat eradikasi dengan PPI dan antibitiok tidak mencapai hasil yang diharuskan yaitu paling tidak 90 persen.
"Saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD dan H. Pylori, yaitu Vonoprazan. Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru, yang pertama tersedia di Indonesia, dari kelas yang berbeda dengan obat-obat sebelumnya, yaitu kelas Potassium-Competitive," terang dia.
Ari menjelaskan, Vonoprazan dapat meningkatkan pH lambung secara cepat, pereda nyeri ulu hati yang cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat, lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari.
"Obat ini sudah digunakan sebagai first line terapi dalam eradikasi infeksi H. pylori di Jepang, dan dipercaya dapat menggantikan peran Proton Pump Inhibitor (PPl) dengan tingkat eradikasi yang lebih baik," imbuhnya.
"Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding dengan PPI. Vonoprazan dapat diindikasikan bagi penderita tukak lambung, refluks esophagitis untuk pemberantasan H.pylori dan pencegahan tukak lambung berulang pada penggunaan aspirin dosis rendah dan penggunaan NSAID," tukas Prof. Ari Fahrial Syam.