Awas! Wabah DBD Saat Omicron Meningkat, Segera Lakukan 6 Hal Ini
- Pixabay
VIVA – Wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih jadi ancaman bagi sebagian wilayah di Tanah Air, seiring mulai makin tingginya intensitas musim penghujan. Kondisi ini pun semakin rumit tatkala saat ini masih pula merebaknya varian Omicron sebagai gelombang ketiga COVID-19.
Tenaga kesehatan dan seluruh masyarakat pun seolah mulai terbagi tingkat kewaspadaannya untuk bisa menangkal makin meningkatnya kembali wabah COVID-19, terlebih varian Omicron lebih menular dan juga mulai meningginya kasus DBD.
Di musim hujan serta pancaroba seperti sekarang tentunya akan menjadikan kondisi lingkungan akan semakin rawan dengan ancaman wabah DBD dengan kian suburnya perkembangbiakan nyamuk jenis Aedes Aegypti.
Hal ini menjadikan masyarakat untuk lebih waspada dan meningkatkan kesadaran untuk menjaga gaya hidup bersih dan sehat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Berikut sejumlah hal yang patut diperhatikan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terjadinya wabah DBD di tengah kondisi makin tingginya penularan varian Omicron COVID-19, seperti yang dulas dalam program Hidup Sehat tvOne, Selasa 8 Februari 2022:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kondisi lingkungan sekitar, untuk menjaga kebersihan serta kesehatan dengan mendorong perilaku gotong-royong yang melibatkan seluruh unsur masyarakat.
2. Selain menjalankan penerapan protokol kesehatan yang ketat, masyarakat juga diharapkan lebih waspada dan memeriksakan diri lebih dini, terlebih adanya kesamaan gejala antara DBD dan infeksi COVID-19.
3. Dengan jumlah kasus DBD pun terus mengalami peningkatan, masyarakat diimbau untuk lebih intens dan memahami gejala-gejala serta fase siklus dari penderita DBD.
Umumnya, gejala DBD muncul masa inkubasi pada hari ke 3-7 sejak gigitan nyamuk dan dapat berlangsung selama 10 hari.
4. Gejala DBD dan infeksi COVID-19 yang hampir serupa, dipengaruhi oleh karena setiap penyakit infeksi umumnya menampilkan gejala demam.
Selanjutnya nanti dokter akan mendiagnosis kondisi gejala dari pasien bersangkutan, apakah masuk ke penanganan DBD atau infeksi COVID-19.
5. Meski juga menimbulkan gejala yang mirip berupa badan yang terasa pegal, namun treatment penyembuhan dari DBD dan infeksi COVID-19 harus ditangani dengan tindakan yang berbeda.
Untuk DBD pada prinsipnya dengan menggunakan infus atau menambahkan cairan ke dalam tubuh, sedangkan infeksi COVID-19 dengan menggunakan anti virus.
6. Penderita infeksi DBD tidak boleh mengalami dehidrasi, hal ini terjadi akibat kebocoran pembuluh darah sehingga cairan itu akan pindah dari pembuluh darah ke tempat lain, bisa ke rongga perut tau ke bawah kulit yang otomatis menjadi kekurangan cairan.
Oleh sebab itu maka harus dipertahankan cairannya, harus minum yang banyak. Jika fasenya sudah berat, harus sampai diinfus.