Peneliti Sebut Mutasi COVID-19 Bermula dari Tikus di New York
- Pixabay/Tumisu
VIVA – Para ilmuwan menemukan fakta mengejutkan mengenai ragam mutasi COVID-19 yang kini menimbulkan kekhawatiran. Dari penelitian terbaru, ada kemungkinan besar bahwa deret varian virus SARS-CoV-2 itu bermutasi di kota New York.
Dikutip dari laman The Health Site, para ilmuwan mengklaim bahwa asal mula mutasi ini belum diverifikasi. Namun, mereka percaya bahwa salah satu kemungkinan sumber mutasi ini adalah tikus yang sering mengunjungi sistem saluran pembuangan New York City.
Jika menilik awal mula pandemi, kita semua menunjuk strain pertama COVID-19 ditemukan di kota Wuhan China. Sejak itu, virus telah menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia dan telah beberapa kali bermutasi membentuk varian baru dengan karakteristik yang lebih kuat.
Bahkan ketika dunia memerangi varian Omicron yang sangat bermutasi dan menular, tim peneliti AS telah mendeteksi setidaknya empat varian "samar" dari SARS-CoV-2, dalam sampel air limbah dari New York City. Yang artinya, mutasi kemungkinan bermula dari sistem saluran pembuangan umum yang biasanya dijelajahi para tikus.
Asal mutasi
Marc Johnson, Profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di University of Missouri dan rekan penulis studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications., percaya bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan mutasi "samar" yang mereka identifikasi di New York City dapat dikaitkan untuk kemungkinan asal hewan.
Menurut para ilmuwan, asal mula mutasi ini belum diverifikasi, namun, mereka percaya bahwa salah satu kemungkinan sumber mutasi ini adalah tikus yang sering mengunjungi sistem saluran pembuangan New York City.
"Varian ini menggelegak di mana-mana, termasuk Omicron, yang akhirnya menyebar ke populasi umum dan mendatangkan malapetaka. Kami pikir garis keturunan aneh ini bisa menjadi asal varian COVID-19 berikutnya," tuturnya.
Mutasi yang tidak biasa
Johnson menyebut bahwa para ilmuwam memang belum tahu pasti dari mana varian Omicron berasal. Namun, mutasi bisa bermula dari suatu tempat yang dihinggapi virus tersebut dan bukan dari tubuh manusia.
"Mereka berbeda, tetapi semuanya memiliki mutasi serupa yang sama di satu lokasi tertentu pada virus -- Q498. Yang menakjubkan adalah bahwa di sebagian besar sampel dari New York City, Q di Q498 telah berubah menjadi Y, atau glutamin menjadi tirosin. Jika Anda melihat database, tidak ada, dan terus tidak ada, pasien manusia yang mengalami mutasi itu," kata Johnson.
Para peneliti mencatat penjelasan yang mungkin bisa menjadi proses biologis yang disebut evolusi konvergen. Mereka menduga, seekor hewan di Missouri tidak akan bercampur dengan jenis hewan yang sama di New York City.
"Oleh karena itu, evolusi virus di setiap wilayah geografis tidak tergantung satu sama lain, tetapi karena hewan yang sama, virus terlihat sama di kedua tempat," tutur Seorang ahli virologi, dan profesor biologi di Queens College, City University of New York, Johm Dennehy.