Menkes Budi Sebut Penularan Varian Omicron di Indonesia Tinggi Sekali
- Times of India
VIVA – Situasi pandemi COVID-19 saat ini tidak bisa disamakan dengan kondisi gelombang pandemi akibat varian Delta 2021 lalu. Lonjakan kasus yang terjadi akhir Januari 2022 hingga saat ini perlu disikapi secara lebih bijak dengan pemahaman yang lebih baik oleh masyarakat, terutama terkait karakteristik varian Omicron itu sendiri.
Sebagian besar penduduk Indonesia hingga Kamis, 3 Februari 2022, sudah mendapatkan vaksinasi yang cukup merata.
“Masyarakat Indonesia memiliki trauma pada momen gelombang COVID-19 varian Delta yang lalu. Perlu diketahui memang varian Omicron ini penyebarannya cepat, tapi kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah,” kata Epidemiolog Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono, MPH., Ph.D., dalam keterangannya, Sabtu 5 Februari 2022.
Catatan vaksinasi nasional, telah lebih dari 185 juta populasi penduduk Indonesia yang mendapat vaksinasi dosis pertama. Sedangkan 129 juta lebih penduduk mendapatkan dosis kedua, serta lebih dari 4,7 juta penduduk sudah mendapat dosis ketiga.
Sementara itu, data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa pada wilayah Tangerang dan Bekasi, jumlah kasus dalam gelombang Omicron sudah melampaui puncak Delta.
Dalam grafik yang dilansir Kemenkes, persentase hospitalisasi masih 30%an dari puncak Delta. Angka tersebut pun diharapkan bisa tetap terjaga sampai akhir Februari, hingga tidak terjadi lonjakan luar biasa dalam gelombang Omicron sekarang ini.
Dalam video keterangan pers yang dipaparkan Menkes Budi Gunadi Sadikin, tersirat asumsi bahwa Kemenkes memperkirakan puncak gelombang Omicron di Indonesia diprediksi bakal terjadi pada akhir bulan Februari 2022.
"Penularannya ini tinggi sekali, dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau dulu puncaknya kita pernah 57 ribu (jumlah penulurannya) per hari, kita mesti siap-siap dan hati-hati waspada tidak perlu kaget kalau melihat dinegara-negara lain, itu bisa 2-3 kali di atas puncak Delta," ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin.
"Kita masih belum tahu berapa puncaknya akan terjadi di Indonesia, tapi diperkiraan kami akan terjadi di akhir Februari," jelasnya.
Dengan paparan tersebut, Kemenkes mengharapkan agar masyarakat tetap tenang namun juga selalu waspada menghadapi kenaikan kasus yang pasti akan tinggi dalam 2-3 minggu ke depan.
Bagi masyarakat yang terpapar dengan OTG atau gejala ringan (batuk/pilek/demam namun saturasi >95%) dan tidak ada terindikasi memiliki komorbid berat atau lansia, sebaiknya melakukan isolasi dengan di rawat di rumah saja.
Hal tersebut dimaksudkan agar layanan Rumah Sakit bisa digunakan oleh para pasien yang benar-benar membutuhkan penanganan darurat.