Rutin Berhubungan Seks, Pakar Sarankan Pap Smear
- Pexels/Pixabay
VIVA – Kanker serviks masih menjadi salah satu jenis kanker dengan jumlah penderita terbanyak kedua setelah kanker payudara. Padahal sejatinya, kanker serviks dapat dicegah sejak dini dengan melakukan pemeriksaan rutin secara medis yakni pap smear.
Menurut data yang dirilis The Global Cancer Observatory per tahun 2020, kasus baru kanker serviks bertambah hingga 17,2 persen. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan deteksi dini ditengarai menjadi penyebab terlambatnya penderita mendapat penanganan.Â
Padahal, jika terdiagnosis pada tahap awal, peluang untuk mengendalikan kanker serviks dan angka harapan hidup penyintas bisa lebih tinggi. Salah satu cara mendeteksinya melalui pemeriksaan pap smear yang sebaiknya dilakukan pada wanita yang sudah rutin melakukan hubungan seksual.
"Kita melihat mulut rahim secara skematis, diusap menggunakan alat yang seperti spatula, brush atau sikat kecil, mengumpulkan sel-sel yang ada di mulut rahim kemudian diperiksa," ujar dokter spesialis kebidanan & kandungan konsultan onkologi ginekologi dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Bambang Dwipoyono, BD.Sp.OG, MS, MARS dalam acara virtual bertajuk "Kanker Serviks, Apa, Upaya Pencegahan, dan Penanganannya", Jumat 4 Februari 2022.
Dokter Bambang yang juga praktik di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya itu menyampaikan, saat ditemukan kelainan dalam hasil pap smear, maka pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan lanjutan yaitu colposcopy khusus area mulut rahim. Dari pemeriksaan itu, akan terlihat dengan tampilan yang diperbesar untuk selanjutnya melakukan biopsi agar benar-benar mendeteksi kelainan tersebut.
"Jadi ada konfirmasi, baru kita memastikan kelainan yang dilakukan pada pap smear," imbuh dokter Bambang.
Pada dasarnya, dokter Bambang menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin setiap tiga tahun sekali di usia produktif. Sebabnya, kanker dapat terbentuk dalam kurun waktu 10-15 tahun tanpa adanya gejala.
"Pada dasarnya kalau kita melihat terjadinya infeksi lalu menjadi kanker membutuhkan waktu 10-15 tahun, jika terkena pada usia 65 tahun, mungkin dia akan bermasalah 75 tahun. Kita tidak tahu pada usia itu masih cukup sehat," imbuhnya.
Ada pun pada pemeriksaan pap smear sudah bisa dijalani pada perempuan yang baru melahirkan setelah 3 bulan. Sebabnya, dokter Bambang khawatir sebelum masa itu, masih ada perubahan hormon yang dapat memengaruhi hasil pap smear.
"Walau tidak fix harus 3 bulan, karena ada fase nifas dan lainnya yang mungkin masih ada darah yang ganggu hasil pap smear," pungkas dokter Bambang.