Terkuak, Ini Waktu Paling Menular Varian Omicron

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Varian Omicron kini mulai mendominasi di dunia dengan tingginya pertambahan kasus di berbagai negara setiap harinya. Di Indonesia, penambahan kasusnya sudah menyentuh angka 16 ribu pasien dalam sehari.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), menuturkan bahwa varian Omicron memang bersifat sangat menular dibanding varian COVID-19 lainnya. Terlebih, puncak paling infeksius pada pasien Omicron sendiri hanya dalam kurun waktu dua hari.

"Saat paling menular, saat gejala ada. Batuk, bersin, dan lain-lain, maka virus banyak keluar. Biasanya 2-3 hari itu puncak infeksiusnya," ujar dokter Erlina, dalam acara virtual bersama SOHO, Kamis 3 Februari 2022.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Gejala lainnya yang kerap dikeluhkan juga mencakup nyeri tenggorokan dan hidung mampet atau meler. Kendati begitu, dokter Erlina mewanti-wanti agar waspada penularan bisa terjadi ketika sebelum gejala terjadi.

Ilustrasi sakit/pilek/bersin.

Photo :
  • Pexels/Andrea Piacquadio
Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"Tapi bukan berarti sebelum gejala, nggak menularkan. 2 hari sebelum bergejala bisa menularkan," imbuhnya.

Di kesempatan sebelumnya, dokter Erlina tak menampik bahwa gejala varian Omicron serupa dengan flu pada umumnya.

"Memang banyak orang punya opini ini bahwa ke depannya COVID-19 model Omicron tidak lebih dari flu biasa. Mungkin benar. Karena gejalanya tidak jauh beda, ada batuk, pilek, ada hidung meler, dan lesu lemah, demam. Itu mirip flu biasa," ujar Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu.

Akan tetapi, serupa dengan imbauan pemerintah, dokter Erlina menegaskan bahwa COVID-19 belum bisa dianggap enteng. Sebabnya, virus ini masih bermutasi dan dapat mengintai gejala berat pada kelompok rentan.

"Terutama Omicron pada lansia dan komorbid perlu perhatian khusus. Kalau derajat gejalanya bukan ringan, maka sebaiknya dirawat. Khawatir juga narasi persis seperti flu jadi pendapat masyarakat. Karena flu selama ini dianggap hal biasa. Padahal kalau gejala flu pada Omicron harus ada perlakukan khusus, contoh pakai masker," bebernya.

Terlebih, pada pasien yang terinfeksi Omicron harusnya menjalani isolasi mandiri di rumah. Pada kenyataannya, saat masyarakat Tanah Air mengalami flu biasa, kerap menjalani aktivitas seperti biasa tanpa masker.

"Ini beda dengan Omicron karena bisa menular dengan cepat pada lansia, anak-anak. Setuju mirip flu tapi perlakuannya berbeda, terutama dari pencegahannya," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya