Peneliti China Klaim Virus NeoCov Kombinasi MERS dan COVID-19

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Kasus COVID-19 kembali melonjak dan diduga berkaitan dengan temuan varian omicron pada Desember 2021 lalu. Belum usai varian Omicron menginfeksi masyarakat, kini peneliti kembali menemukan virus baru bernama NeoCov. Haruskah khawatir?

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Dikutip dari laman The Health Site, Senin, 31 Januari 2022. Para ahli mengatakan dampak NeoCov pada manusia belum dapat dipastikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), apakah virus corona NeoCov menimbulkan ancaman bagi manusia, mash memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pertama kali terdeteksi pada 2019, varian virus corona yang mematikan kini memiliki jenis baru yakni NeoCov. Bahkan saat dunia berjuang melawan COVID-19 dan variannya, para ilmuwan dari Wuhan China telah melaporkan bahwa ada jenis virus corona baru yang telah terdeteksi dalam sampel dari Afrika Selatan. 

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Ini bukan varian dari virus corona, tapi jenis virus baru seperti SARS-CoV-2. Para peneliti di Wuhan telah memperingatkan bahwa varian mematikan yang disebut NeoCov ini hanya membutuhkan satu mutasi untuk menyusup ke sel manusia.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner
Kedekatan Trump dan Putin Bocor, Sering Teleponan hingga Kirim Alat Tes COVID-19

Mutasi ini diduga memicu kombinasi tingkat kematian setara Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERS)-CoV, di mana satu dari setiap tiga orang yang terinfeksi dapat meninggal, dan tingkat penularan tinggi coronavirus SARS-CoV-2 saat ini.

Namun, seberapa berbahaya dan menular virus ini? Berikut faktanya.

NeoCov Dapat Menembus Sel Manusia

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

NeoCov, jenis baru virus corona pertama kali ditemukan pada 2012-2015 di komunitas kelelawar di Afrika Selatan. Sejauh ini virus tersebut hanya ditemukan menginfeksi hewan, namun, peringatan baru-baru ini dari para peneliti Wuhan telah menimbulkan kekhawatiran baru bagi manusia juga. Menurut para ilmuwan dari Universitas Wuhan di China, NeoCov dapat menembus sel manusia dengan cara yang sama seperti virus SARS-CoV-2.

Dalam makalah penelitian yang diposting di situs web pracetak bioRxiv yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, para ilmuwan menulis, "NeoCov hanya satu mutasi lagi dari menjadi berbahaya bagi manusia". 

Menurut para peneliti, MERS-CoV dan beberapa virus corona kelelawar menggunakan 'DPP4' sebagai reseptor fungsionalnya. Namun, reseptor untuk NeoCoV, kerabat terdekat MERS-CoV yang pernah ditemukan pada kelelawar, tetap "menegangkan".

Dampak NeoCov

Ilustrasi virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik/pikisuperstar

Dalam studi tersebut, para peneliti secara tak terduga menemukan bahwa NeoCoV dan kerabat dekatnya, PDF-2180-CoV, dapat secara efisien menggunakan beberapa jenis enzim pengubah Angiotensin 2 (ACE2) kelelawar dan, yang kurang menguntungkan, ACE2 manusia untuk masuk. 

“NeoCoV secara efisien menginfeksi sel pengekspresi ACE2 manusia setelah mutasi T510F pada receptor-binding motif (RBM). Khususnya, infeksi tidak dapat dinetralisir silang oleh antibodi yang menargetkan SARS-CoV-2 atau MERS-CoV,” studi menunjukkan.

Artinya, baik antibodi maupun molekul protein yang dihasilkan oleh penderita penyakit pernapasan atau yang telah divaksinasi lengkap tidak dapat melindungi terhadap NeoCoV.

Belum Terbukti Berbahaya pada Manusia

Ilustrasi jaga jarak/virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik/pikisuperstar

Studi ini menunjukkan kasus pertama penggunaan ACE2 pada virus terkait MERS, menyoroti potensi ancaman keamanan hayati dari kemunculan ACE2 pada manusia menggunakan 'MERS-CoV-2' dengan tingkat kematian dan penularan yang tinggi. Terkait dengan virus MERS-CoV, virus baru ditemukan pada wabah di negara-negara Timur Tengah pada tahun 2012 dan 2015 dan mirip dengan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid pada manusia.

Dampaknya pada manusia belum dapat dipastikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), apakah virus corona NeoCov menimbulkan ancaman bagi manusia memerlukan penelitian lebih lanjut. WHO telah mengatakan bahwa mereka "bekerja erat" dengan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan Program Lingkungan PBB (UNEP) untuk "memantau dan menanggapi ancaman yang muncul yakni virus zoonosis." 

Sejak awal pandemi COVID-19 yang berawal di Wuhan, virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 telah bermutasi dan menghasilkan berbagai varian virus, termasuk Omicron terbaru. Strain Delta dianggap sebagai bentuk paling menular dari virus corona SARS-CoV-2 hingga saat ini muncul varian Omicron.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya