Minum Jamu Rentan Idap Hepatitis, Ini Faktanya
- U-Report
VIVA – Jamu menjadi salah satu obat tradisional yang diakui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Kendati begitu, tak sedikit yang menilai bahwa mengonsumsi jamu dapat berisiko pada kerusakan fungsi organ dalam tubuh. Benarkah?
Salah satu organ yang dianggap dapat terganggu adalah liver atau hati. Tak sedikit masyarakat yang akhirnya mengaitkan sakit liver dengan asupan jamu yang rutin. Ternyata, faktanya tak demikian.
Dijelaskan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, bahwa jamu tak berbahaya selama berasal dari bahan herbal. Yang patut diwaspadai adalah jamu yang tak jelas asal muasalnya yang kemungkinan dicampur dengan bahan kimia.
"Jamu-jamu dengan campuran zat kimia bisa aja (picu) keracunan obat. Bisa juga matanya kuning. Livernya alami hepatitis toksik," kata Prof Ari dalam acara Hidup Sehat, TvOne, beberapa waktu lalu.
Prof Ari melanjutkan bahwa pada dasarnya, sakit liver bisa dipengaruhi oleh adanya infeksi dan non infeksi. Liver yang terinfeksi virus biasanya dibedakan antara lain hepatitis A,B,C,D,E, dan G. Pada pengidap hepatitis A, cenderung mengalami gejala akut.
"Pasien dalam keadaan demam, nyeri otot, matanya kuning, kulit kening, buang air kecil warnanya seperti teh. Karena peradangan pada liver memang yang dirasakan perut kanan atas tidak nyaman. Kadang mual muntah. Itu gejala umum dari hepatitis A," tuturnya.
Sementara itu, pada hepatitis B dan C, termasuk sebagai penyakit kronis. Umumnya sudah jarang menunjukkan gejala lagi, namun apabila sudah parah bisa memicu terjadinya muntah darah.
"Ini biasanya sudah stadium akhir, hati mengeras dan menciut. Masalah terakhir bisa kanker hati," ujarnya.