Penting, Persiapan Lansia Sebelum Vaksin Booster COVID-19

Ilustrasi penyuntikan Vaksin COVID-19
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Vaksin booster COVID-19 sudah diberlakukan sejak tanggal 12 Januari 2022 dan diutamakan pada kelompok lanjut usia atau lansia. Untuk itu, dibutuhkan persiapan sebelum bisa mendapatkan vaksinasi booster agar tubuh siap menerimanya.

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Vaksin booster diberikan lantaran terbukti aman dan dibutuhkan usai pemberian dua dosis vaksin COVID-19. Sebab, terbukti vaksin primer tersebut antibodinya menurun setelah enam bulan pemberian. Terlebih, kini kasus Omicron sedang makin meluas.

Dipaparkan dokter spesialis penyakit dalam, dr. Adaninggar SpPD, sebelum vaksin booster, penting untuk persiapan fisik dan mental. Paling utama adalah memeriksa tiket vaksin terutama yang memenuhi syarat yaitu usia minimal 18 tahun ke atas dan sudah 6 bulan mendapatkan vaksin dosis kedua.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

"Diutamakan lansia dan penderita komorbid," tulis dr. Ning, dalam laman Instagramnya.

Ilustrasi vaksin COVID-19

Photo :
  • ANTARA FOTO
Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

Dokter Ning menganjurkan agar para lansia bisa mengontrol komorbidnya dengan rutin konsultasi sebelum vaksin. Dengan mengetahui kondisi komorbid, maka lansia bisa mendapatkan vaksin dengan aman.

"Bila memiliki penyakit komorbid sebelumnya, kontrol dan konsultasi ke dokter untuk mengetahui kondisi komorbidnya apakah dalam kondisi stabil/terkontrol/ remisi dan layak divaksin. Bila ada riwayat alergi terhadap vaksin tertentu sebelumnya, konsultasikan ke dokter sebelum vaksinasi booster terkait jenis vaksin yang akan diberikan," tulisnya lagi.

Selain itu, diharapkan kondisi lansia dalam keadaan bugar. Apabila sedang mengalami kondisi akut seperti demam atau diare, sebaiknya ditunda terlebih dahulu.

"Bila kondisi sedang tidak fit/tidak sehat, lebih baik tunda vaksin. Boleh periksa atau konsultasi ke dokter dulu untuk memastikan kondisi," jelasnya.

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • U-Report

Dokter Ning melanjutkan bahwa pemeriksaan swab PCR dibutuhkan jika memiliki gejala mengarah COVID-19 atau kontak erat pada pasien. Namun sejatinya, pemeriksaan tak dibutuhkan sebelum vaksinasi.

"Tidak perlu periksa swab PCR/antigen Covid sebelum divaksin. Jika sedang mengalami sakit akut (baik gejala aku as Covid atau bukan) atau sedang berstatus kontak erat, vaksinnya lebih baik ditunda sampai sakitnya sembuh dan bila kontak erat dipastikan dulu memang tidak sedang terinfeksi COVID," terangnya lagi. 

Mengenai pantangan makan, dokter Ning menegaskan tak ada yang perlu dihindari. Namun bila ada arahan dari dokter, maka hindari sesuai aturan tersebut. Lantas, bagaimana dengan kopi di pagi hari?

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • Freepik/wirestock

"Ada beberapa pendapat ahli yang menyarankan untuk menghindari minum kopi sebelum divaksin supaya tekanan darah tidak naik saat akan divaksin. Untuk orang yang cenderung memiliki kecemasan atau ketakutan berlebih terhadap jarum suntik/vaksin, sebaiknya konsultasi dulu ke psikiater untuk persiapan mental. Tidur malam yang cukup juga penting untuk mempersiapkan mental saat akan divaksin," jelasnya.

Terakhir, dokter Ning menuturkan bahwa aktivitas bisa dilanjutkan kembali setelah mendapat vaksin booster. Namun, perlu ingat, setelah divaksin, harus tetap monitor efek samping (KIPI) mulai beberapa menit sejak divaksin hingga sekitar 1 bulan setelah divaksin.

"Bila muncul gejala apapun, laporkan ke petugas kesehatan  tercatat dan segera ditindaklanjuti. Bila tidak ada gejala efek samping yang mengganggu, diperbolehkan untuk langsung beraktivitas seperti biasa," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya