Menonton TV dengan Durasi Ini Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah

Ilustrasi menonton siaran tv digital.
Sumber :
  • Pixabay/mohamed_hassan

VIVA – Sebuah penelitian baru yang dilakukan di University of Bristol mengungkapkan, kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko seseorang menderita pembekuan darah yang mengancam jiwa hingga 35 persen.

Berpengalaman di Pemerintahan, Elly Lasut Didukung Tokoh Minahasa Utara untuk Pimpin Sulut

Dokter Setor Kunutsor dari University of Bristol, menemukan, menonton TV lebih dari 4 jam sehari, menjadi faktor risiko yang tidak bergantung pada variabel kesehatan umum lainnya. 

"Temuan menunjukkan bahwa terlepas dari aktivitas fisik, BMI (indeks massa tubuh) Anda, berapa usia Anda dan jenis kelamin Anda, menonton televisi berjam-jam adalah aktivitas yang paling berisiko berkaitan dengan pengembangan pembekuan darah," ujarnya dikutip Express, Senin 24 Januari 2022. 

Warga Banggai Gabung Berani Gaspoll, Siap Pilih Anwar Hafid di Pilgub Sulteng

"Temuan penelitian kami juga menunjukkan bahwa tidak aktif secara fisik tidak menghilangkan peningkatan risiko pembekuan darah karena terkait dengan menonton TV berkepanjangan," lanjut dia. 

Namun dokter Kunutsor mencatat, studi observasional tidak dapat membuktikan bahwa tindakan menonton TV menyebabkan pembekuan darah secara langsung. Dia turut menyarankan untuk sesekali melakukan peregangan saat menonton TV.

Wahono-Nurul Akan Tingkatkan Fasilitas dan Layanan Kesehatan jika Terpilih Pimpin Bojonegoro

Menonton TV bersama keluarga.

Photo :
  • U-Report

"Jika Anda ingin menonton TV, Anda perlu istirahat. Anda bisa berdiri dan melakukan peregangan setiap 30 menit atau menggunakan sepeda stasioner. Dan hindari menggabungkan televisi dengan ngemil yang tidak sehat," tuturnya. 

Para peneliti melakukan penelitian menggunakan data yang dikumpulkan dari tiga penelitian lain yang dilakukan pada subjek. Ketiga studi tersebut memiliki jumlah peserta gabungan sebanyak 131.421 orang. 

Proses ini disebut meta analisis dan memungkinkan untuk dilakukan studi yang lebih besar. 

"Menggabungkan beberapa studi dalam meta analisis memberikan sampel yang lebih besar dan membuat hasilnya lebih tepat dan dapat diandalkan daripada temuan studi individu," jelas dr. Kunutsor. 

Penelitian tersebut mengamati dua jenis bekuan darah tertentu yang memengaruhi paru-paru dan merupakan jenis tromboemboli vena. Trombosis vena dalam terbentuk di vena dalam, seperti di kaki, dan kemudian menjalar dan menyebabkan emboli di pembuluh darah yang lebih kecil seperti di paru-paru. 

Dokter Kunutsor berspekulasi bahwa asosiasi studi untuk menonton TV mungkin lebih berkaitan dengan bagaimana orang melakukannya daripada televisi itu sendiri. 

"Menonton TV dalam waktu lama melibatkan imobilisasi yang merupakan faktor risiko. Inilah mengapa orang disarankan untuk bergerak setelah melakukan operasi atau selama penerbangan jarak jauh," pungkasnya. 

Menurut Kunutsor, ketika seseorang duduk dalam waktu yang lama, darah akan menggenang, sehingga dapat menyebabkan pembekuan darah. 

"Akhirnya para pengamat pesta cenderung makan-makanan ringan yang tidak sehat yang dapat menyebabkan obesitas dan tekanan darah tinggi yang keduanya meningkatkan kemungkinan pembekuan darah," imbuh dia. 

Kunutsor menyimpulkan, penelitian ini tidak hanya relevan bagi para penonton TV, tetapi bagi siapa saja yang tidak aktif secara fisik dalam waktu lama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya