Soal Kematian Anak Usai Vaksin COVID-19, Ini Penjelasan Ahli
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Vaksin COVID-19 menjadi salah satu upaya yang digencarkan pemerintah dalam membasmi pandemi yang sudah berjalan selama 2 tahun. Meski begitu, masih terdapat keraguan, terlebih usai adanya beberapa kasus kematian pada anak setelah diberikan vaksin COVID-19. Bagaimana penjelasan ahli?
Sebelumnya, dikabarkan dua siswa sekolah dasar (SD) di Jombang dan Bone, meninggal dunia usai melaksanakan vaksinasi COVID-19. Dijelaskan Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hindra Irawan Satari, butuh banyak data untuk mengaitkan hal tersebut.
"Untuk membuktikan ada keterkaitan harus ada 2 bukti. Awitan (yaitu) onset atau waktu vaksinasi dan kedua, ada penyakit lain. Kalau waktunya sesuai dan tidak ada penyakit lain maka busa berkaitan dengan kematian," ujar Prof Hinky, sapaannya, dalam acara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Sabtu 22 Januari 2022.
Menurut Prof Hinky, mengkaji adanya keterkaitan vaksinasi dan efek sampingnya itu dapat dilihat dari gejala yang timbul persis usai diberikan vaksin.
Kemudian, periksa riwayat dari individu tersebut apakah memiliki penyakit bawaan yang dapat dikaitkan dengan komplikasi hingga kematian yang mungkin saja mengintai.
"Kaji kejadian dengan vaksin yang diberikan kapan. Kalau demikian, cocok tidak dengan laporan kematian. Lihat dulu ada penyakit bawaan nggak, diabetes, jantung. Itu yang kami lakukan," imbuhnya.
Lebih dalam, Prof Hinky sendiri menguraikan bahwa sudah sekitar 300 juta masyarakat Indonesia diberikan vaksin COVID-19.
Sejauh ini pun, tak ada gejala berat yang mengintai dengan pantauan pemerintah. Untuk itu, pada kasus kematian anak yang terjadi setelah divaksin, Prof Hinky tak melihat adanya kaitan tersebut.
"Sebagian besar laporan kematian tidak berkaitan dengan vaksinasi karena onset tidak cocok dan ada penyakit lain yang mendasari seperti diabetes. Kami masih menyatakan memang ada laporan kematian, dan yang kita klasifikasikan sebagai coincidence (kebetulan) sehingga kami masih rekomendasikan vaksinasi. Kami bersimpati tentunya tapi tugas pokok kami adalah melakukan kajian," jelasnya.
Senada, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro menekankan bahwa vaksin COVID-19 sudah melewati fase uji klinis yang diakui aman secara global.
Maka dari itu, ketika ada keluhan, diharapkan masyarakat segera memantaunya dan konsultasi ke tempat di mana diberikannya vaksin. Kendati begitu, Prof Sri menegaskan bahwa kasus kematian yang terjadi belum bisa dikatakan akibat diberikannya vaksin COVID-19.
"Tidak mudah menemukan penyebab kematian yang setelah vaksinasi kemudian ada KIPI berat. Data itu nomor 1. Kalau ada timbul keluhan, berobat ke tempat dimana dia di imunisasi jangan ke tempat lain. Akhirnya penanganan terlambat," tegasnya.