Penyandang Diabetes Lebih Rentan Alami Nyeri Leher, Ini Sebabnya

Ilustrasi leher kaku/pegal/sakit leher/sakit punggung.
Sumber :
  • Freepik/yanalya

VIVA – Penyandang diabetes dinilai lebih rentan terhadap kekakuan sendi dan tulang, termasuk nyeri area leher. Kondisi tersebut rupanya tengah melonjak mengingat banyaknya masyarakat yang bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dengan memakai gawai dalam durasi lama.

Dikatakan spesialis bedah ortopedi dan konsultan tulang belakang dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Didik Librianto, Sp.OT (K)., selama di rumah, banyak yang asal memegang gawai dan tak disadari menunduk dalam waktu lama. Tak hanya itu, pemakaian gawai juga kerap salah posisi ketika duduk sehingga tekanan makin berat di area leher.

"Saat bermain handphone, misal menonton video atau bermain media sosial leher akan lebih menunduk dan biasanya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama," ujarnya dalam acara virtual bersama RS Pondok Indah, beberapa waktu lalu.

Pada dasarnya, dokter Didik menyampaikan bahwa tulang leher lebih rentan cedera lantaran ukurannya yang lebih kecil dibanding tulang lain. Selain itu, tulang leher terbilang lebih fleksibel untuk bergerak ke berbagai arah.

Leher terasa kaku.

Photo :
  • U-Report

"Cedera ringan yang berulang ini lama-lama menyebabkan bantalan yang volumenya kecil menjadi mudah sekali cedera," imbuh Didik.

Pada penyandang diabetes, Dokter Didik menuturkan bahwa nyeri di leher itu bisa terdampak lebih parah. Sebab, kadar gula darah yang tinggi dan tak stabil membuat perburukan lebih rentan terjadi.

"Mereka dengan gangguan sakit penekanan misal di bantalan leher, servikal terjadi prolaps di bantalan. Yang diabetes lebih berdampak serta cepat alami perburukan. Makanya, pada mereka yang ada diabetes, ada olahraga untuk kontrol gula darah," tuturnya.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Padahal, tulang leher sendiri berfungsi untuk menopang saraf dan keseimbangan tubuh. Apabila berdampak buruk, bisa memicu sulit gerak bahkan gangguan pada buang air besar.

"Bila sudah berat bisa mengakibatkan gangguan keseimbangan. Misal berjalan seperti sempoyongan, mudah limbung, atau buang air menjadi terganggu," pungkasnya.

Hari Kesehatan Nasional, Catatan PB IDI: Permasalahan di Indonesia Sangat Kompleks dan Beragam
Ilustrasi cek diabetes pada anak muda.

Miris, Anak Usia 13 Tahun Sudah Didiagnosis dengan Diabetes Tipe 2

Masalah obesitas hingga diabtes tipe 2 pada anak-anak menjadi masalah yang cukup serius belakangan ini. Bahkan setiap tahunnya angka meningkat.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024