Prof Tjandra: Mengenal 7 Aspek Vaksin Booster COVID-19

Guru Besar Paru FKUI & Mantan Direktur Regional WHO SEARO, Profesor Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • satgas covid-19

VIVA – Pemberian vaksin booster resmi dimulai Rabu, 12 Januari 2022. Vaksin booster yang diberikan secara gratis ini untuk seluruh masyarakat Indonesia serta diperuntukkan bagi yang berusia 18 tahun ke atas dan telah menerima vaksin dosis kedua dalam jangka waktu minimal 6 bulan. Kelompok prioritas penerima vaksin booster yaitu orang lanjut usia (lansia) dan penderita imunokompromais.

Kabar Gembira Pemerintah Bakal Programkan Rakyat untuk Check Up Tuberkulosis, Gratis?

Mengenai hal ini, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan beberapa aspek penting mengenai vaksin booster COVID-19. Berikut pemaparannya. 
 
Dua Definisi WHO

1. Vaksinasi Booster

9 Alasan Kenapa Mpox Sekarang Menyerang Anak

Vaksinasi booster diberikan pada mereka yang sudah selesai mendapatkan vaksinasi COVID-19 primer dimana dalam perjalanan waktu ternyata imunitas dan perlindungan kliniknya menjadi berkurang dan menjadi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.  Booster bertujuan mengembalikan efektifitas vaksin sehingga membaik kembali.

2. Vaksinasi Tambahan

Viral Pernyataan dr Tifa soal Efek Samping Vaksin COVID-19 dengan Autoimun

Vaksinasi tambahan (“additional doses”), yaitu pemberian vaksin yang mungkin dibutuhkan sebagai tambahan dari vaksinasi primer karena respon imun yang didapat dari vaksin primerternyata tidaklah memadai, seperti pada mereka dengan gangguan imunologis (“immunocompromised”) tertentu, dan kadang-kadang juga mungkin pada sebagian orang usia lanjut. 

Tujuan vaksinasi tambahan adalah meningkatkan respon iumun sehingga dapat memberi perlindungan memadai terhadap penyakit. Sampai akhir 2021 WHO mencatat setidaknya ada 126 negara di dunia yang sudah memberi rekomendasi untuk vaksin booster atau tambahan, dan lebih dari 120 negara yang sudah mulai mengimplementasikannya.

Ilustrasi vaksin COVID-19

Photo :
  • ANTARA FOTO

 

Amerika Serikat

CDC Amerika Serikat merekomendasikan vaksin booster Pfizer-BioNTech atau Moderna COVID-19 setidaknya 5 bulan setelah pemberian vaksin primer mRNA vaccine (Pfizer-BioNTech atau Moderna), dan setidaknya 2 bulan setelah pemberian vaksin primer Janssen/Johnson & Johnson. Kalau booster Pfizer-BioNTech atau Moderna tidak dapat diberikan maka pilihan lain adalah booster dengan vaksin Jansen/Johnson & Johnson.

Amerika Serikat juga merekomendasikan pemberian vaksin tambahan, waktunya setidaknya 28 hari sesudah vaksinasi primer pada pada orang lanjut usia yang membutuhkannya, dan mereka yang dengan gangguan imunologis sedang dan berat, yaitu:
1. Menerima pengobatan aktif untuk tumor atau kanker darah,
2. Penerima transplantasi organ tubuh dan konsumsi obat untuk menekan sistem imun
3. Menerima transplantasi sumsum tulang dalam dua tahun terakhir atau mengkonsumsi obat yang menekan sistem imun
4. Mereka yang didiagnosis gangguan imunologis sedang dan berat, seperti menderita “DiGeorge syndrome or Wiskott-Aldrich syndrome”
5. Mereka dengan HIV yang mempunyai viral load tinggi atau angka CD4 rendah, atau tidak mengkonsumsi obat untuk mengatasi HIVnya
6. Mereka yang mengkonsumsi obat steroid dosis tinggi otau obat lain yang mungkin dapat menekan sistem imunnya.
Akan baik kalau kita di Indonesia juga mempertimbangkan pemberian vaksinasi tambahan selain pemberian booster yang sudah dimulai.

Inggris

Inggris ada 3 jenis vaksin yang dapat digunakan sebagai booster, yaitu Pfizer, Moderna dan Oxford/AstraZeneca. Tetapi memang lebih dianjurkan penggunaan vaksin mRNA yaitu Pfizer atau Moderna sebagai booster, apapun jenis vaksin primer yang pernah diterima sebelumnya. 

Kalau karena alasan medik atau alergi maka seseorang tidak dapat disuntik vaksin Pfizer atau Moderna maka tentu dapat diberikan vaksin AstraZeneca.

Data penelitian di Inggris antara lain: 
1. Penelitian dari “UK Health Security Agency”: 2 minggu sesudah pemberian booster maka level proteksi akan naik sampai 93,1 persen pada mereka yang vaksin primernya AstraZeneca dan naik menjadi 94 persen pada yang vaksin primernya adalah Pfizer.
2. Risiko masuk rumah sakit akibat infeksi Omicron turun 65 persen pada mereka yang sudah divaksin dua kali dan turun 81 persen pada yang sudah divaksin 3 kali
3. Penelitian lain dari Skotlandia: mereka yang sudah mendapat vaksinasi dosis ke tiga/”booster” punya risiko 57 persen lebih rendah untuk menunjukkan gejala-gejala sesudah terinfeksi Omicron.
 
Australia

Australia, “Australian Technical Advisory Group on Immunization ATAGI” memberi rekomendasi penggunaan vaksin Moderna dan Pfizer sebagai booster. Pihak otoritas kesehatan Australia baru akan menggunakan vaksin AstraZeneca sebagai booster pada mereka yang vaksin primernya adalah AstraZeneca dan ada dalam kontraindikasi untuk mendapat booster dengan vaksin mRNA.

Prof Tjandra Yoga Aditama

Photo :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

 

mRNA

Secara umum pada dasarnya pemberian booster dengan vaksin mRNA memang untuk meningktatkan antibodi ,yang disebut imunitas humoral, dan juga mengaktifkan sel T yang dikenal dengan imunitas seluler. Beberapa negara juga menggunakan vaksin Moderna setengah dosis untuk pemberian booster karena efek proteksi boosternya tetap terjamin baik, dan tentunya juga jadinya dapat mencakup lebih banyak orang. Kebijakan di negara kita tentu sudah berdasar kajian oleh BPOM, ITAGI dan Kemenkes
 
Bukti Ilmiah

Karena di dunia memang baru beberapa bulan ini digunakan pemberian vaksin booster maka sejauh ini dunia belum punya bukti ilmiah yang cukup kuat untuk menyatakan apakah nantinya diperlukan booster ulangan lagi, dan kalau diperlukan berapa lama jaraknya.
 
Dosis 4

Kita juga tahu bahwa sudah ada negara yang memulai pemberian vaksin COVID-19 dosis ke empat pada warganya. Kita tunggu data ilmiah lebih lanjut yang tentunya menjadi dasar pengambilan kebijakan publik

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya