Kasus Omicron Meningkat Drastis, Waspada 3 Gejala Tak Umum Ini

Ilustrasi sakit/demam.
Sumber :
  • Pexels/Andrea Piacquadio

VIVA – Varian Omicron dari COVID-19, yang merupakan salah satu jenis virus SARS-CoV-2 paling menular, telah menyebar di berbagai negara dalam waktu singkat. Sebut saja Inggris, Amerika Serikat, hingga India yang mengalami gelombang ketiga COVID-19.

Di Inggris misalnya, hingga 13 Januari kemarin, sudah ada ada 183.364 kasus harian baru gejala Covid berdasarkan PCR dan data uji aliran lateral hingga tiga minggu lalu, menurut angka kejadian Studi COVID ZOE. Meningkatnya kasus angka harian akibat varian Omicron ini, pemerintah di seluruh negara meminta warganya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sebab penyebaran varian Omicron disebut-sebut lebih cepat menular dari varian lainnya.

Penting juga bagi kita untuk mewaspadai sejumlah gejala dari varian ini. Lantas, apa saja gejalanya? Dilansir dari laman Express, umumnya seseorang yang terkonfirmasi positif COVID-19 akan mengalami gejala demam, batuk yang terus menerus hingga kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau perasa. Namun, varian Omicron yang sekarang dominan memiliki gejala yang sama sekali berbeda.

Menurut data ZOE, hanya 50 persen orang yang mengalami tiga gejala klasik yaitu demam, batuk, atau kehilangan indra penciuman atau perasa. Faktanya, hanya seperlima orang dengan Covid yang mengalami masalah dengan penciuman dan perasa saat ini.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner

Di sisi lain, gejala Omicron biasanya terasa seperti pilek bagi banyak orang, dan data ZOE memperkirakan bahwa 52,5 persen orang yang mengalami gejala baru seperti pilek cenderung memiliki gejala COVID-19 ini meningkat dari minggu lalu.

Tim di ZOE mencantumkan beberapa gejala Covid paling penting saat ini yang harus diketahui:

- Pilek
- Sakit kepala
- Bersin
- Sakit tenggorokan
- Batuk terus menerus
- Demam
- Kehilangan rasa dan bau

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala langka yang bisa menandakan Covid, jadi perhatikan juga ini:

INFOGRAFIK: PBB Puji Keberhasilan Indonesia Atasi Covid-19

Ruam kulit

Jutaan pasien Covid menemukan ruam pada kulit, jari tangan, jari kaki, mulut dan lidah akibat penyakit tersebut. Tidak 100 persen jelas apa yang menyebabkan ruam ini, tetapi itu bisa dikaitkan dengan respons kekebalan terhadap virus.

'Mainan' di Rutan KPK, Cabup Pekalongan Dilempar Tongkat dan Asal-usul COVID-19

Informasi aplikasi ZOE menjelaskan bahwa ruam COVID-19 biasanya gatal dan ini dapat menyebabkan seseorang kurang tidur. Beberapa orang dengan ruam juga mengalami kepekaan terhadap sinar ultraviolet (UV), mendapatkan bercak merah di wajah mereka setelah berada di luar untuk waktu yang singkat. Ini mungkin jenis ruam biang keringat atau cacar air atau ruam jenis gatal-gatal, tetapi bagaimanapun juga, itu tidak menyenangkan.

Delirium

Misteri Asal-usul COVID-19 Mulai Terkuak, Ini Temuan Para Ilmuwan

Delirium dikatakan sebagai gejala Covid yang lebih sering terjadi pada orang tua yang lebih lemah. Baik aplikasi ZOE dan penelitian King's College London telah menemukan bahwa orang tua menjadi semakin bingung atau mulai bertingkah aneh setelah didiagnosis dengan Covid.

Delirium adalah respons umum terhadap infeksi dan penyakit baru pada orang tua, tetapi penting untuk tidak mencampuradukkan gejala dengan demensia atau penyakit Alzheimer. Ada dua jenis delirium yang terlihat yakni delirium hiperaktif dan delirium hipoaktif.

Delirium hiperaktif adalah di mana seseorang mengubah karakter mereka dan dapat menjadi gelisah, tertekan atau bahkan agresif. Ini akan terlihat jelas bagi mereka yang merawat pasien karena apa yang dikatakan atau dilakukan orang tersebut. Sedangkan delirium hipoaktif adalah yang lebih umum dari keduanya, tetapi lebih sulit dikenali.

Delirium bisa terlihat saat orang menjadi menarik diri, mengantuk dan kurang responsif atau terlibat dalam apa yang terjadi di sekitar mereka, termasuk membutuhkan toilet atau kebiasaan makan.

Kehilangan nafsu makan

Satu dari tiga orang dengan Covid kehilangan nafsu makan, dan melewatkan makan adalah tanda pertama Covid di panti jompo. Diyakini, pasien di atas 35 tahun bisa kehilangan nafsu makan selama lebih dari seminggu.

Gejala ini sendiri jarang terjadi. Namun gejala ini sangat mungkin terjadi bersamaan dengan kelelahan, yang terjadi pada lebih dari 87 persen orang dewasa di aplikasi ZOE.

Sekitar setengah dari orang yang kehilangan nafsu makan juga akan mengalami demam atau batuk terus-menerus, dan ini juga akan mengalami sakit perut dan diare.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya