Booster Vaksin Ini Diklaim Beri Perlindungan Terhadap Varian Omicron

Varian Omicron.
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Data terbaru yang dirlis oleh SINOVAC Biotech Ltd., menunjukkan, 95 persen individu yang telah menerima tiga dosis CoronaVac, memiliki antibodi penawar terhadap Omicron

Vaksin HFMD Sudah Ada, Berapa Efikasinya untuk Cegah HFMD atau Flu Singapura?

Studi yang diterbitkan di bioRxiv tersebut diselenggarakan di Tiongkok dan meneliti respons imun CoronaVac, vaksin yang diinaktivasi propiolakton, pada 120 peserta.

Hasil dari penelitian mendukung penggunaan tiga dosis imunisasi karena tingkat serokonversi dari antibodi penetralisir terhadap Omicron meroket dari 3,3 persen (2/60) menjadi 95 persen (57/60) untuk rangkaian dua dan tiga dosis masing-masing.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Pada partisipan yang menerima tiga dosis, peneliti juga mengisolasi 323 antibodi monoklonal manusia yang berasal dari memori sel B, setengahnya mengenali receptor binding domain (RBD) dan menampilkan bahwa sebagian dari mereka (24/163) memberikan netralisasi pada SARS-CoV-2 variants of concerns (VOCs).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebuah varian sebagai VOCs, apabila dikaitkan dengan peningkatan penularan atau perubahan merugikan dalam epidemiologi COVID-19, peningkatan virulensi atau penurunan efektivitas kesehatan masyarakat dan sosial atau pada fasilitas diagnostik, vaksin, dan terapi yang tersedia.

Vaksin HFMD atau Flu Singapura Kini Hadir di Indonesia

Juru bicara SINOVAC, Pearson LIU, menyampaikan, saat dunia terus bergulat dengan munculnya varian baru COVID-19, penelitian ini memberikan kepastian bahwa tipe vaksin nonaktif, salah satu vaksin yang paling banyak digunakan secara global, tetap efektif melawan COVID-19. 

"Hasil tersebut juga mendukung tiga dosis imunisasi untuk memastikan perlindungan terhadap COVID-19. Sebuah penemuan yang sejalan dengan saran dari WHO dan badan kesehatan di seluruh dunia untuk semua jenis vaksin COVID-19," ujarnya lewat rilis yang diterima VIVA, Jumat 14 Januari 2022. 

Data terbaru ini muncul karena adanya penemuan baru yang menunjukkan bahwa 1 bulan setelah suntikan dosis kedua, CoronaVac memberikan respons Sel-T yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin mRNA. Hal ini penting dalam mencegah penyakit serius, rawat inap, dan kematian. 

Temuan yang dipublikasikan pada Desember 2021 ini, berasal dari penelitian yang dilakukan oleh LKS Fakultas Kedokteran, The University of Hong Kong (HKUMed) dan Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong (CU Medicine).

Sejauh ini, CoronaVac telah disetujui untuk penggunaan darurat atau penggunaan pemasaran bersyarat oleh WHO dan badan pengawas obat lokal di lebih dari 50 negara dan wilayah. 

Lebih dari 2,6 miliar dosis vaksin telah didistribusikan ke seluruh dunia dengan lebih dari 250 juta dosis CoronaVac diberikan pada anak-anak berusia 3 hingga 17 tahun di Tiongkok, per Januari 2022. Data dari beberapa uji klinis menunjukkan, CoronaVac diasosiasikan dengan minim insiden dan efek samping yang serius.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya