Pakar Sebut Omicron Picu Kerusakan Organ Lebih Parah dari Delta
- pexels/Edward Jenner
VIVA – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah memperingatkan bahaya gelombang ketiga pada COVID-19. Bukan tanpa sebab, varian Omicron yang mulai melonjak menjadi 506 kasus ditengarai menjadi pemicunya.
"Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron. Jangan panik. Kita sudah menyiapkan diri dengan baik. Pengalaman menunjukkan walaupun naiknya cepat, tapi gelombang Omicron ini turunnya juga cepat. Yang penting jaga prokes, disiplin melakukan surveilans dan percepat vaksinasi bagi yang belum dapat vaksinasi," ujar Menkes dalam keterangan persnya.
Varian Omicron dari COVID-19, yang merupakan salah satu jenis virus SARS-CoV-2 yang paling menular telah mengambil alih berbagai negara dalam waktu singkat. Sebut saja Inggris, Amerika Serikat, hingga India yang mengalami gelombang ketiga COVID-19.
Saat banyak negara dalam fase berkabung dan perlahan-lahan berencana untuk kembali normal, laporan tentang Omicron muncul dari Afrika Selatan. Namun, varian Omicron memiliki beberapa perubahan karakteristik baru dibandingkan varian delta yang sempat mendorong gelombang kedua di Indonesia. Apa perbedaannya?
Omicron mempengaruhi saluran pernapasan atas
Dilansir dari laman The Health Site, Kamis, 13 Januari 2022, COVID-19 varian Omicron saat ini ada di lebih dari 110 negara. NNamun, kasus yang terkait dengannya yang telah dilaporkan sejauh ini sebagian besar ringan, yang menyebabkan gejala yang dapat ditangani.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam laporan terbarunya menyatakan bahwa varian tersebut hanya menyebabkan gejala ringan, karena biasanya menyerang saluran pernapasan bagian atas, yang meliputi tenggorokan, hidung, bronkus, dan lain-lain. Jadi gejalanya kebanyakan pilek, hidung tersumbat, sakit tenggorokan.
"Kami melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti satu strain, yang dapat menyebabkan pneumonia parah," kata Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud.
Sementara varian Delta yang memicu gelombang kedua COVID-19 di Indonesia, secara langsung merusak paru-paru, sehingga gejala yang terkait dengan strain ini sebagian besar adalah pneumonia berat, infeksi paru-paru, masalah pernapasan, hingga penurunan kadar oksigen.
Oleh karena itu, ketika dibandingkan, sebenarnya Delta justru menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada varian Omicron.
Gejala Pernapasan atas pada individu yang terinfeksi Omicron
Varian Omicron menimbulkan gejala ringan, namun bukan berarti tidak bisa merusak organ tubuh. Omicron juga dapat merusak saluran pernapasan Anda dan dengan demikian, dapat menyebabkan beberapa gejala yang perlu diwaspadai sedini mungkin.
Beberapa gejalanya adalah hidung meler, sakit tenggorokan, tenggorokan gatal, hidung tersumbat, batuk kering, sakit kepala, sakit punggung bagian bawah, sakit otot, muntah, kelelahan ekstrem, bersin dan perubahan warna kulit di sekitar bibir dan kuku.
Meskipun gejala Omicron mudah dikelola, para ahli memperingatkan bahwa tidak ada yang boleh menganggap enteng ini.
"Kita seharusnya tidak menganggap enteng Omicron, karena beberapa bagian dari pasien yang terinfeksi pasti menjadi sakit. Kita sudah melihat peningkatan rawat inap. Orang yang sudah menderita masalah kesehatan mendasar seperti diabetes yang tidak terkontrol, hipertensi, bronkitis, atau asma lebih rentan terkena virus dan mengalami gejala parah dari varian ini," kata pakar dari Rumah Sakit Manipal, Dr. VK Singh.